Selasa, 04 Oktober 2011

Spesies Buaya Baru Ditemukan di Kolombia




Spesies Buaya Baru Ditemukan di Kolombia



Sebuah spesies buaya raksasa berukuran panjang enam meter ditemukan oleh peneliti dari University of Florida di sebuah tambang batu bara. Buaya yang diberi nama Acherontisuchus guajiraensis itu, merupakan reptil prehistorik terbaru yang ditemukan di tambang batu bara Correjon, Kolombia.

Menurut Jonathan Bloch, peneliti yang tergabung dalam tim ekskavasi, kondisi tambang tersebut sangat panas dan lembab. Lapisan batu bara secara terus menerus terbakar dan mengeluarkan asap bersulfur. Akibatnya, atmosfir di kawasan sekitarnya sangat berbahaya.

Spesies Acherontisuchus yang ditemukan ini sendiri merupakan sepupu dari buaya modern, bukan merupakan nenek moyak langsung. Diperkirakan, buaya tersebut hidup sekitar 60 juta tahun lalu. Jika demikian, buaya ini masih hidup setelah fenomena pemusnahan masal, yang membinasakan dinosaurus dan berbagai kehidupan lain di Bumi, terjadi.

“Salah satu pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana mereka bisa bertahan dan apa kelebihan yang mereka punya,” sebut Alex Hastings, mahasiswa dari jurusan ilmu geologi University of Florida yang mengumpulkan fosil buaya tersebut.

Selain itu, kata Hastings, buaya baru ini merupakan bukti pertama dari sebuah spesies bertubuh besar dari kelompoknya yang hidup di habitat perairan tawar. “Sebelum ini, diketahui hanya bayi buaya saja yang menghabiskan banyak waktu di air tawar, setelah dewasa mereka kemudian tinggal di lingkungan air asin,” ucapnya.

(Sumber: Gainesville Sun)
National Geographic Indonesia

15 Fakta Ganjil Seputar Geografi

Planet kita diisi dengan banyak anomali geografis dan geologi indah dan misteri. Begitu banyak sehingga, bahwa kita mungkin tidak pernah benar-benar membuka semua rahasia bahwa alam telah tersimpan. Ini adalah daftar 15 fakta aneh yang tidak biasa atau langsung berhubungan dengan geografi, geologi, dan bumi.
 
1. Nama geografis kedua terpanjang yang diterima di dunia adalah "Taumatawhakatangihangak oauauotamateaturipukaka pikimaungahoronukupokaiwhe nua kitanatahu" (85 huruf) yang merupakan bukit di Selandia Baru - itu adalah ungkapan Maori yang berarti "tempat di mana Tamatea, pria dengan lutut besar , yang meluncur, mendaki dan menelan gunung, yang dikenal sebagai tanah-eater, memainkan seruling untuk orang yang dikasihinya ". Itu adalah terpanjang sampai saat ini (walaupun Guinness Book of Records masih menganggap itu sebagai terpanjang), tetapi memiliki kemungkinan besar kini telah digantikan oleh Krung Thep maha Nakorn amorn Ratana kosinmahintar ayutthay amaha dilok phop noppa ratrajathani burirom udom rajaniwesmahasat harn amorn phimarn avatarn sathit sakkattiya visanukamprasit di Thailand (163 huruf).
2. Lesotho, Vatican City, dan San Marino adalah negara-negara hanya benar-benar dikelilingi oleh satu negara lain. Lesotho benar-benar dikelilingi oleh Afrika Selatan, dan Kota Vatikan, dan San Marino keduanya benar-benar dikelilingi oleh Italia.


3. Llanfairpwllgwyngyllgogerychwyrndrobwyll llantysiliogogogoch adalah nama desa terpanjang di dunia (dan nama geografis ketiga terpanjang). itu terletak di Wales, dan ya ada empat l's berturut-turut!


4. Nama tempat terpendek adalah 'Ã…' itu terletak di kedua Swedia dan Norwegia. Dalam bahasa Skandinavia, berarti 'Ã…' "sungai". Gambar di atas adalah salah satu tanda jalan yang baru saja menggantikan untuk daerah - mereka sering dicuri untuk nilai kebaruan mereka.


5. Kota Vatikan adalah negara terkecil di dunia yang hanya 0,2 mil persegi. Yang lebih kecil daripada kota rata-rata! Negara terbesar adalah (kejutan kejutan) Rusia. 



6. Kota terbesar di dunia - berdasarkan luas permukaan, adalah Hulunbuir, Inner Mongolia yang 263.953 km persegi.

7. Suhu terpanas tercatat di bumi adalah El Azizia di Libya 136 F, terdingin adalah -134 derajat F di Vostok Antartika. Rata-rata temp terpanas adalah di bagian barat Australia, 96 derajat sepanjang tahun rata-rata.


8. San Marino mengklaim sebagai tertua republik konstitusional dunia - didirikan pada 301 oleh seorang tukang batu Kristen melarikan diri dari penganiayaan di bawah Kaisar Diocletian. Its konstitusi 1600 adalah konstitusi tertulis tertua di dunia. San Marino yang digambarkan di atas.


9. Meskipun Mt. Everest ketinggian tertinggi dalam hal permukaan laut di planet ini, Gunung Chimborazo adalah yang paling dekat ke bulan. Palung Mariana adalah tempat terendah di bumi.


10. Alaska adalah negara yang paling Utara, Timur, Barat dan di seluruh Amerika. Ini adalah satu-satunya negara yang masuk ke "Belahan Timur" sehingga juga berbohong paling timur dan negara barat 

3Fakta 11 - 15
Kola28
11. The Mid-Atlantic Ridge adalah rantai pegunungan terpanjang di bumi (di 40 ribu kilometer). Hal ini terletak di sepanjang bagian tengah Atlantik. Islandia satu-satunya bagian dari rantai yang berada di atas air. Andes membentuk pegunungan terpanjang terbuka di 7.000 kilometer.


12. Gunung Circeo di Cape Circaeum di pantai barat Italia pernah disebut Aeaea (5 huruf vokal dalam sebuah baris tanpa konsonan). Ia percaya dalam mitologi untuk menjadi rumah dari penyihir Circe. Dua vokal-satunya lokasi geografis adalah kota Aiea di Hawaii, dan Eiao - salah satu dari Kepulauan Marquise.


13. Gletser menyimpan antara 70% dan 80% dari semua air tawar di planet ini. 99% dari mereka gletser di Kutub Utara dan Antartika.


14. Pada 1811 dan 1812, tiga gempa bumi berukuran sekitar 8 pada skala Richter, menyebabkan Sungai Mississippi mengalir mundur. Gempa bumi ini juga menciptakan Reelfoot Danau di Tennessee.


15. Lubang terdalam yang pernah dibor oleh manusia adalah Superdeep Kola sumur, di Rusia. Ini mencapai 12.261 meter kedalaman (sekitar 40.226 kaki atau 7,62 mil). Itu dibor untuk penelitian ilmiah dan memberikan beberapa penemuan tak terduga, salah satunya adalah deposito besar hidrogen - begitu besar bahwa lumpur berasal dari lubang itu "mendidih" dengan itu. Lubang yang digambarkan di atas.

Kocak ( Film TUKUL yang DilarangBeredar)



TOO FAST TOOCOOLRIOUS



TUKULMAN RETURNS



SPIDERKULMAN



POCONGNYA GIGI



TOO7



KASINO ROYAL SAMA TUKUL



THE PURSUIT TUKUL



ONE MISSED KULL



OTOMATIS HUMORIS



THE KULFATHER



PIRATES OF COOL E BEAN

Mimpi Wujud Hasilkan Bata Majapahit


Batu bata kuno yang tertata rapi ditemukan di lereng perbukitan Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik. Batu bata merah berukuran 40 x 20 x 8 cm dan tertimbun tanah itu diduga candi atau gapura era Majapahit.

Tokoh Desa Kepuhklagen, Mahmud (64), Selasa (4/10/2011), menuturkan, lokasi temuan bata merah kuno itu terletak sekitar 400 meter dari tempat penemuan Pithecanthropus mojokertensis pada 1936. Lokasi temuan dekat sumber air Kali Kedungbanteng, Kedung Kemaron, dan Jurang Bedhes. Adapun di Jurang Bedhes dulu terdapat banyak kera.

Sebagian bata merah digali warga dan dikumpulkan di Desa Soko. Batu itu diambil lewat Randusongo.

Temuan batu bata itu berawal dari mimpi warga Soko, Ahmad Wujud (41), tiga hari sebelum Ramadhan. Saat itu dalam mimpinya, Wujud diminta menggali sesuatu di bawah pohon dekat Kali Kedungbanteng.

Pada hari pertama puasa Ramadhan, bersama dua temannya, Wujud ke lokasi seperti petunjuk kakek berjubah dalam mimpinya. Setelah menggali dengan linggis dan cangkul sedalam 70 cm, dia mendapati bata merah. Bata tersebut dikumpulkan di dekat mushala di Soko, sekitar 6 kilometer dari lokasi temuan. Akan tetapi, penggalian dihentikan karena temuan itu dilaporkan ke perangkat desa dan diteruskan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan (BP3 Trowulan), Mojokerto.

Meski begitu, sejak ada larangan penggalian, dan tim BP3 Trowulan didatangkan, belum ada ekskavasi. Garis polisi di lokasi temuan juga sudah putus. "Kami ingin segera ada kejelasan apakah tumpukan bata itu candi atau gapura era Majapahit. Terlebih lagi, lokasi temuan ada di sekitar situs Pithecanthropus mojokertensis," kata Mahfud yang pernah mendampingi tim arkeologi dari Jakarta dan Yogyakarta pada 1972 dan 1993 untuk meneliti lokasi situs.

Tim Arkeolog Gali Fosil Manusia di Tegal


Warga Desa Semedo, Tegal bernama Dakri (54) dan anaknya, Tanti Asih (20), Senin (4/4/11), lalu menemukan fosil hewan purba yang diduga berusia 1,5 juta tahun di kawasan hutan Semedo. Bersamaan dengan itu, keduanya juga menemukan kerangka manusia di kawasan yang sama. Namun, belum dipastikan apakah fosil tersebut manusia purba juga.

Apakah kerangka manusia tersebut adalah fosil manusia purba? Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto mengatakan bahwa pihaknya akan memastikan terlebih dahulu. "Besok, kita akan kirimkan tim ke Tegal untuk meninjau kerangka manusia tersebut," ungkapnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (6/4/2011) hari ini.

Ia mengatakan, timnya akan menelaah kerangka manusia secara fisik terlebih dahulu. "Kita akan lihat dahulu apakah ini masuk Mongoloid, Austroneasia, atau yang lebih tua seperti Phitecanthropus. Atau, ini adalah kerangka manusia modern. Kita pastikan dulu," katanya.

Siswanto mengatakan, sejauh ini belum pernah dilaporkan penemuan fosil manusia di Semedo. "Kita sudah temukan fosil hewan vertebratanya. Kita juga temukan alat kapak Palaeolitik. Tapi sampai sekarang kita belum temukan fosil hominid-nya (manusia)," tuturnya.

Bila memang kerangka yang ditemukan di Tegal merupakan fosil manusia purba, maka boleh jadi peninggalan purbakala tersebut adalah fosil manusia pertama yang ditemukan di Semedo. Kerangka itu sendiri hingga kemarin masih belum digali karena menunggu tim dari Balai Arekologi Yogyakarta.

Menurut Siswanto, Semedo merupakan salah satu peradaban Jawa Purba yang sejaman dengan Sangiran. Pada Januari 2010, 161 fosil hewan purba telah diserahkan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tegal. Diperkirakan, usia fosil binatang itu antara 1,5-1,8 juta tahun, atau berasal dari masa Pleistosen.

Fosil Kerbau Ditemukan di Gunungkidul


Sebuah fosil yang diduga bagian dari rahang kerbau purba ditemukan Sunarto (40) warga Desa Kajar, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta. Fosil tersebut diduga merupakan bagian dari rahang kerbau purba yang pernah hidup pada jaman Holosen, atau 10.000 sampai 3.000 tahun yang lalu.

Menurut Sunarto fosil tersebut ditemukan sepekan yang lalu (31/3/2011) saat warga di desanya sedang menggali tanah untuk pelebaran jalan. Saat penggalian dilakukan tak lebih 30 centimeter warga menemukan bongkahan tanah merah yang berbeda dengan tanah yang ada di sekitarnya.

"Bongkahan tanah tersebut kemudian saya bersihkan menggunakan kuas, kemudian muncul deretan gigi atas dan bawah dengan ukuran besar, yang diperkirakan fosil rahang kerbau purba," kata Sunarto sambil menunjukkan bagian gigi atas dan bawah, Rabu (6/4/2011).

Sejak ditemukannya fosil seminggu yang lalu itu, rumah seniman reog ini setiap hari dikunjungi orang yang penasaran ingin melihat fosil tersebut. Sementara, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, mengaku belum menerima laporan terkait penemuan fosil di Gunungkidul tersebut.

"Menurut penelitian yang pernah dilakukan, kawasan karst yang membentang dari Gunungkidul hingga Pacitan, memang memiliki potensi purbakala tinggi, khususnya hewan herbivora seperti badak, kerbau, dan banteng," kata Siswanto saat dihubungi melalui ponselnya, Rabu (6/4/2011).

Ia menambahkan, penelitian umur suatu fosil perlu penelitian mendalam."Kalau fosil tersebut memang benar kerbau, diperkirakan pernah hidup pada jaman Holosen atau sekitar 10.000- 3000 tahun yang lalu.

Istana Sekaligus Kuburan di Gua Harimau


Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin oleh Prof Dr Truman Simanjuntak menemukan 17 kerangka manusia kuno di Gua Harimau, Desa Padangbindu, Kecamatan Semidangaji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Truman Simanjuntak di lokasi penggalian, Kamis (14/4/2011), mengatakan, Gua Harimau memperlihatkan indikator hunian prasejarah dan sekaligus hamparan kuburan.
Terbukti sejak penelitian tahun 2008 hingga saat ini sudah ditemukan 17 kerangka manusia kuno yang diperkirakan hidup 3.000 tahun lalu. Peneliti juga menemukan perkakas rumah tangga dari bahan logam.
Truman, dengan didampingi Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Aufa S Syarkomi, mengatakan, tim peneliti akan menggali lagi hingga 30 April mendatang di Gua Harimau.
Tim peneliti juga menemukan satu kuburan dengan tiga tengkorak digabung dalam satu liang. Menurut Truman, penemuan ini semakin unik dan menarik untuk diteliti.
"Mungkin yang meninggal ini anak raja atau pemimpin, biasanya pengawalnya ikut dibunuh dan dikubur dalam satu lubang supaya anak raja ini bisa ada teman di dunianya yang baru," terang Truman. Menurut dia, itu baru analisis sementara karena masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain.
Sejumlah kerangka manusia kuno ini dikubur dengan berbagai posisi (tidak satu arah), ada pula tengkorak orok. Baru separuh gua yang digali, sudah ditemukan belasan tengkorak. "Sudah terlihat hamparan kuburan," kata Truman.
Ia berkesimpulan sementara, Gua Harimau merupakan tempat hunian dan sekaligus hamparan kuburan. Jika Prof Truman memperkirakan komunitas itu ada rajanya, maka dapat ditafsirkan pula bahwa tempat hunian di gua itu juga sebagai istana pada masanya.
Menurut Prof Truman, Gua Harimau dijadikan hunian sekaligus kuburan karena sangat luas. Pintu masuknya selebar kira-kira 40-50 meter. Langit-langit atap gua sangat tinggi, sekitar 20-35 meter. Sementara di tempat lain, kata Truman, biasanya kuburan berada di puncak-puncak gua supaya tidak mengganggu aktivitas penghuni gua.
Prof Truman, kepada Aufa S Syarkomi yang melihat langsung aktivitas peneliti, berjanji akan datang kembali ke lokasi. "Saya sangat tertarik dan ingin tahu lebih jauh seputar temuan penelitian di Gua Harimau ini," kata Aufa.
Prof Truman Simanjuntak memimpin tim yang beranggotakan Wahyu, Saptomo, Dr Bagyo Prasetyo, Dr Fadilla Arifin Aziz, Jatmiko, Retno Handini, Dwi Yani Yuniawati, Dariusman Abdillah, Vita, dan tiga teknisi, yaitu Romania Lumban Gaol, Ngadiman, dan Sigit Eko Prasetyo.
Pada November 2010 silam, Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Harry Widianto meyakini, kuburan massal di Gua Harimau adalah sisa-sisa rangka manusia prasejarah dari ras Mongoloid.
Keyakinan itu berangkat dari ciri-ciri morfologi rangka temuan, terutama dari bentuk tengkorak yang meninggi dan membundar (brachycephal) dan tulang tengkorak bagian belakang (occiptal) yang datar.
Selain itu, juga ada ciri morfologi gigi seri, bentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal), serta dari postur tulang dan tubuh mereka yang khas Mongoloid. "Ciri-ciri morfologinya memang menunjukkan identitas mereka sebagai bagian dari ras Mongoloid,"
Ia memperkirakan, peradaban di Gua Harimau berasal dari masa antara 3.500 dan 2.000 tahun lampau. 


Sumber :

Fosil Serangga Tertua Ditemukan Utuh


Sebuah fosil serangga dengan badan yang masih lengkap berhasil ditemukan. Umur fosil diperkirakan 300 juta tahun atau merupakan fosil serangga tertua di dunia.
Penemuan fosil tersebut mengejutkan karena ditemukan tahun 2008 di belakang pusat perbelanjaan di North Attleboro, Massachusetts, Amerika Serikat.
"Seperti menang lotere," kata pemimpin studi, Richard J Knecht, murid geologi dari Tufts University, saat ia mengetahui temuan yang dianggap jarang ini.
Serangga yang ditemukan itu berukuran 7,6 sentimeter diduga terjebak dalam lumpur cukup lama. Kakinya seolah digerakkan untuk bersiap-siap terbang. Demikian dijelaskan Knecht pada 2008.
Tubuh serangga terbang biasanya tidak awet karena sifat mereka yang lembut dan rapuh. Ilmuwan biasanya hanya menemukan sisa-sisa sayap yang tidak mudah dicerna oleh predator.

(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Dinosaurus "Iblis" Ditemukan


Dinosaurus baru yang diberi nama "Evil Spirit Buck-Toothed Reptile" alias reptil roh setan bergigi jelek atau dalam nama ilmiah Daemonosaurus chauliodus ditemukan di New Mexico. Si iblis ini merupakan dinosaurus penghubung antara dinosaurus tertua dan dinosaurus Jurassic spesies theropod.
Dinosaurus yang hidup 205 juta tahun yang lalu ini setinggi anjing besar dengan tulang yang tidak biasa. Demikian jelas Hans-Dieter Sues, ahli purbakala vertebrata di National Museum of Natural History di Washington DC. "Moncongnya pendek dan gigi depannya besar-besar," katanya. Ia juga menambahkan, "Jenis struktur tulang yang tidak dikira pada waktu itu untuk dinosaurus predator."
Dinosaurus tertua yang diketahui hidup 230 juta tahun yang lalu, dalam Periode Triassic. Setelah itu, ada jeda besar dari hasil temuan fosil. Banyak ahli memperkirakan bahwa dinosaurus-dinosaurus awal punah. "Setelah itu predator yang lebih rumit mengambil alih kemudian terjadi diversifikasi pada peralihan periode Triassic ke Jurassic," kata Sues.
Daemonosaurus c ini merupakan jembatan yang menghubungkan kedua grup dinosaurus. Dari fosil yang ditemukan, dinosaurus ini memiliki beberapa ciri yang menghubungkan jeda evolusi antara dinosaurus awal ke dinosaurus yang lebih modern. Berdasarkan analisis terhadap fosil yang ditemukan, dinosaurus ini memiliki ciri Triassic dengan beberapa ciri dari Jurassic.
Ciri Triassic yang dimilikinya, misalnya, jeda kecil antara lubang hidung dan rongga mata. Tulang yang berkaitan dengan kantong udara yang seperti sistem paru-paru burung juga masih punya ciri primitif. Ciri dinosaurus yang lebih modern yang dimiliki Daemonosaurus c ada pada gigi.
"Ini adalah bukti bahwa dinosaurus punya distribusi yang lebih luas," jelas Sue.

(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Sumber Mitologi Yunani dari Fosil Purba


Bangsa Yunani telah lama mempelajari fosil purbakala dan diperkirakan menjadikannya sebagai sumber inspirasi mitos mereka. Sepotong tulang paha makhluk purba diperkirakan telah menjadi sumber inspirasi dalam pembentukan mitos bangsa Yunani kuno.
Potongan tulang yang dikenal dengan nama tulang Nichoria itu merupakan bagian dari tubuh mamalia purba raksasa yang hidup di selatan Yunani sekitar satu juta tahun yang lalu. Setelah orang-orang Yunani kuno menemukannya, muncullah makhluk-makhluk buas dalam mitologi Yunani klasik yang inspirasinya bersumber dari tulang tersebut.
Menurut Adrienne Mayor, seorang peneliti Classics and History of Science di Stanford University, fosil-fosil spesies purba raksasa, seperti halnya tulang Nichoria, kemungkinan besar menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya makhluk-makhluk buas legendaris dari mitologi klasik. Lebih lanjut, Mayor menggali akar beberapa mitos Yunani klasik dan menemukan bukti yang menunjukkan fosil prasejarah ditemukan di tempat yang sama berkembangnya mitos tentang makhluk raksasa muncul.
Mayor memperkirakan, orang Yunani kuno menemukan fosil tulang tersebut dalam batu bara muda di cekungan Megalopolis yang dalam kajian prasejarah dikenal sebagai Medan Pertempuran Para Raksasa. "Banyaknya fosil tulang raksasa di tempat itu memunculkan mitos tetang terbunuhnya seluruh tentara raksasa oleh hantaman petir Zeus," tambah Mayor.
Tulang Nichoria sendiri ditemukan di sebuah akropolis kuno di Nichoria antara tahun 1969 dan 1975 oleh para ahli arkeologi anggota tim Minnesota Messenia Expedition. Fakta bahwa tulang itu disimpan dalam akropolis yang berada 35 mil dari batu bara muda tempat tulang ditemukan menunjukkan bahwa bangsa Yunani kuno memiliki ketertarikan besar terhadap fosil.

(National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Ditemukan, Kapal Romawi Umur 2.000 Tahun


Arkeolog Italia menemukan kapal milik Romawi berumur 2.000 tahun di sebuah pelabuhan purbakala.
Kapal kayu tersebut ditemukan pada kedalaman 4 meter ketika para arkeolog memperbaiki jembatan penghubung kota modern Ostia dengan Fiumicino, tempat bandar udara Roma. Kapal memiliki panjang 11 meter, kapal terbesar yang pernah ditemukan di reruntuhan Ostia Antica, kota pelabuhan di mulut Sungai Tiber.
Saat ini, baru bagian kanan kapal yang tampak. Sisa-sisa tali yang digunakan oleh pelaut Romawi mulai tampak. "Haluan dan buritannya masih belum ditemukan," kata Anna Maria Moretti, arkeolog yang terlibat dalam penggalian. Lapisan tanah lempung tebal menutupi seluruh kapal, membuat kayu kapal tetap awet.
Dari beberapa kapal Romawi yang pernah ditemukan, kapal baru ini dianggap temuan penting oleh para arkeolog. "Temuan ini unik. Pada kedalaman ini, kami belum pernah temukan kapal," kata Moretti. Ia memprediksi akan menemukan kapal-kapal lain di lokasi itu. "Ada indikasi kalau lokasi ini merupakan tempat armada kapal terbesar milik Kekaisaran," Moretti menjelaskan.

(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Fosil Kuda Caspian Tertua Ditemukan


Jejak tulang-belulang kuda Caspian tertua ditemukan di Iran bagian utara. Demikian dilaporkan oleh Circle of Ancient Iranian Studies (CAIS). Kuda Caspian selama ini terkenal sebagai kuda para raja karena populer di kalangan kerajaan.
Kuda yang ditemukan di situs bernama Gohar Tappeh tersebut diperkirakan berumur lebih dari 3.000 tahun. "Sepertinya hidup di akhir Zaman Perunggu," kata arkeolog yang ikut menggali di Gohar Tappeh.
Tulang-belulangnya dikubur berdekatan dengan manusia, menunjukkan bahwa kuda ini sangat berharga. Pada masa purba, kerajaan memilih kuda Caspian untuk ditunggangi dalam pertempuran atau untuk menarik kereta tempur.
Kuda Caspian berukuran lebih kecil daripada kuda modern atau sekitar dua pertiganya, tetapi, seperti disebutkan oleh seorang peternak kuda ternama asal Amerika Serikat, Louise Firouz, kuda Caspian jinak, cerdas, dan penurut. CAIS mendeskripsikan kuda Caspian sebagai kuda yang ramping, bertulang kecil, pendek, kepalanya bagus dengan dahi yang tegas, mata besar, telinga pendek, serta moncong kecil.
"Mereka cepat dan kuat, bersemangat tapi tempramennya bagus," jelas CAIS.
Dalam sejarah modern, kuda Caspian merupakan kuda tertua yang masih ada. Pada 1972, Iran menghadiahkan kuda kepada Pangeran Philip yang kemudian mengembangbiakkan kuda tersebut.
Sementara itu, penelitian di Gohar Tappeh akan terus dilanjutkan. "Sampai kami menemukan 'tanah perawan' untuk mendapati manusia tertua yang hidup di situs ini," kata Ali Mahforuzi, direktur tim arkeologi di Gohar Tappeh.

(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Bukti Persaingan, Fosil Bekas Gigitan

Kehidupan samudra di zaman purba pun diwarnai persaingan. Bekas gigitan pada fosil membuktikan hal tersebut.
Para ahli menemukan bekas gigitan yang telah sembuh pada rahang bawah ichthyosaurus, reptil laut serupa lumba-lumba yang hidup di zaman dinosaurus. Mereka melihat bekas gigitan yang cukup jelas terlihat itu saat membersihkan dan menyusun kembali kerangka ichthyosaurus di laboratorium.
Ukuran dan jarak gigi yang terdapat pada bekas gigitan cocok dengan beberapa jenis hewan lain. Meski begitu, para ahli yakin, bekas gigitan tersebut merupakan gigitan ichthyosaurus dewasa lainnya.
Mereka pun menyimpulkan, penyebab luka adalah pertarungan yang terjadi ketika bersaing memperebutkan makanan, pasangan kawin, ataupun wilayah kekuasaan. Adanya bukti-bukti kesembuhan luka menunjukkan, hewan ini berhasil bertahan hidup dari serangan yang terjadi.
"Jejak patologis pada tulang dan gigi yang telah menjadi fosil membuka wawasan kehidupan dan perilaku sosial baru dari hewan yang telah punah," kata Benjamin Kear, salah satu ahli yang terlibat dalam studi tersebut yang juga seorang asisten profesor Palaeobiology Programme di Uppsala University, dalam rilis persnya, Rabu (4/5/2011).
Ichthyosaurus adalah reptil predator laut yang dapat berenang dengan cepat dan memangsa ikan dan hewan serupa cumi-cumi. Panjang tubuh ichthyosaurus dewasa bisa mencapai 6 meter, dengan bentuk kepala bermoncong panjang seperti lumba-lumba. Susunan gigi ichthyosaurus mirip dengan buaya, dengan jumlah lebih dari 100 buah.

(National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Cara Dinosaurus Bercinta Masih Misterius


Bagaimana cara dinosaurus bercinta? Para ilmuwan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menjawab pertanyaan itu. Sampai sekarang belum ada bukti fisik yang bisa memastikan dan para ilmuwan pun hanya bisa mengembangkan berbagai dugaan.
Dinosaurus juga diduga kuat memiliki kloaka, organ yang juga dimiliki burung dan reptil modern. Kloaka adalah sebuah bukaan yang berfungsi sebagai saluran reproduksi sekaligus lubang pengeluaran urine dan sisa makanan atau feses.
Jika benar dinosaurus memiliki kloaka, ada dua kemungkinan cara bercinta dinosaurus. Pertama, dinosaurus jantan tak memiliki penis sehingga cairan semen ditransfer pejantan melalui kloaka betina lewat mekanisme yang disebut "ciuman kloaka", di mana dua kloaka menempel.
Kedua, dinosaurus jantan mungkin memiliki penis yang akan melakukan penetrasi ke kloaka dan memasukkan cairan semen. Bila pendapat tersebut benar, ilmuwan pun belum mengetahui ukuran penis yang dimiliki dinosaurus.
Sejauh ini palaentolog hanya bisa menebak posisi, durasi, dan perilaku bercinta dinosaurus. Kebanyakan berpendapat bahwa dinosaurus bercinta seperti gajah dan jerapah, pejantan akan menyalurkan cairan semen dengan menunggangi betina dari belakang lebih dulu.
Bila hal itu benar, dalam artikel di Slate.com, ada berbagai masalah yang sepertinya mengganjal. Soal berat badan, misalnya, bagaimana si betina mampu menahan berat si jantan yang luar biasa?
Karena alasan berat tersebut, beberapa ilmuwan berpandangan bahwa dinosaurus bercinta di dalam air sehingga gaya apung yang diterima pejantan bisa mengurangi beban yang ditanggung betina. Sementara, ilmuwan lain berpendapat bahwa dinosaurus bercinta sambil tiduran menyamping.
Semua pendapat tersebut masih diperdebatkan. Ilmuwan belum bisa bersepakat satu sama lain. Satu-satunya yang bisa menjawab adalah bukti fisik, misalnya adanya fosil dinosaurus yang ditemukan dalam posisi sedang bercinta. 

Sumber :

AS Kembalikan Lima Tengkorak Suku Dayak


Pemerintah Amerika Serikat membongkar penyelundupan lima tengkorak manusia berukir yang diyakini milik suku Dayak di Kalimantan dan berasal dari abad ke-18 dan ke-19. Tengkorak itu telah diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. Tengkorak-tengkorak itu pada Senin (16/5/2011) diserahkan oleh Pemerintah AS kepada Pemerintah Indonesia dalam sebuah upacara di Konsulat Jenderal RI di New York.
Penanda tangan penyerahan dilakukan oleh Deputy Special Agent US Immigration and Customs Enforcement (ICE)-Homeland Security Investigation (HSI) di New York Mona B Forman, yang mewakili Pemerintah AS, dan Acting Konsul Jenderal RI di New York Zahermann Muabezi, mewakili Pemerintah Indonesia.
Upaya penyelundupan lima benda purbakala suku Dayak itu digagalkan setelah para petugas US Customs and Border Protection (CBP) menindaklanjuti kecurigaan mereka terhadap sebuah paket yang mereka periksa di kantor pos di Newark, New Jersey, Agustus 2010.
Paket tersebut mencantumkan Bali, Indonesia, sebagai alamat pengirim. Pernyataan yang melekat di paket mencurigakan itu menyebutkan bahwa barang-barang yang ada dalam paket nilainya tidak lebih dari 5 dollar AS.
Para agen HSI New York kemudian melakukan investigasi terhadap asal-muasal pengiriman serta melakukan pengecekan terhadap perkiraan nilai tengkorak-tengkorak, yang masing-masing memiliki ukiran dengan ciri khas tersendiri. Perkiraan diperlukan karena, menurut peraturan bea impor AS, setiap pengiriman benda dengan nilai lebih dari 2.000 dollar AS harus disertai dengan pernyataan yang jelas.
Ahli spesialis jual-beli benda seni yang ditunjuk HSI untuk melakukan penilaian secara independen terhadap kelima tengkorak ternyata menyebutkan nilai yang jauh berbeda. Setiap tengkorak dengan ukiran unik itu disebutkan memiliki nilai antara 3.000 dollar dan 4.800 dollar AS.
Tengkorak-tengkorak tersebut akhirnya disita oleh HSI karena nilai totalnya sekitar 20.000 dollar AS. HSI juga memutuskan kelima tengkorak diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Pengembalian benda purbakala itu, ujar Mona B Forman, merupakan upaya AS dalam menunjukkan rasa hormat pada warisan budaya milik rakyat Indonesia.
"Pengembalian benda seni yang unik, bernilai seni, dan sangat berharga bagi rakyat Indonesia ini mengingatkan kita kembali akan nilai penting benda-benda bersejarah dan benda-benda warisan budaya, yaitu bahwa nilainya jauh lebih besar daripada harga yang bisa disebutkan dalam dollar dan sen," kata Forman.
Forman mengatakan, saat ini investigasi masih terus dilakukan dalam upaya mengungkap pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam kasus pengiriman barang-barang purbakala tersebut ke AS. Diterbangkan ke Jakarta
Zahermann Muabezi seusai penandatanganan serah terima menyampaikan pujian atas kerja keras dan kerja sama yang disampaikan oleh ICE HSI dan CBP.  Ia mengungkapkan, kelima tengkorak suku Dayak itu akan langsung diterbangkan pada Senin malam ke Jakarta.
Benda-benda purbakala tersebut akan dibawa oleh Konsul Protokol dan Konsuler KJRI-New York Abraham FI Lebelauw menggunakan pesawat maskapai penerbangan Singapore Airlines, yang dijadwalkan tiba di Jakarta pada Rabu (18/5/2011).
Lima tengkorak Dayak kemudian akan diserahterimakan keesokan harinya (19/5/2011) dari Kementerian Luar Negeri RI kepada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Setelah itu, akan ditentukan apakah tengkorak-tengkorak tersebut akan diserahkan kepada komunitas suku Dayak di Kalimantan atau akan disimpan di museum.
Menurut Mona B Forman, penyerahan pada hari Senin merupakan pertama kalinya yang dilakukan ICE HSI New York menyangkut benda-benda purbakala selundupan asal Indonesia. ICE adalah badan pemerintah AS yang kerap memainkan peran utama dalam berbagai investigasi tindak kriminal terkait dengan impor dan distribusi cagar budaya secara ilegal, juga perdagangan ilegal benda seni, terutama barang-barang seni yang dilaporkan hilang atau dicuri.
Sejak tahun 2007, ICE telah merepatriasi lebih dari 2.100 cagar budaya, benda seni, dan benda antik ke lebih dari 15 negara. Melalui 70 kantor atase di 40 negara, kantor ICE Urusan Internasional dapat melakukan kerja sama dengan pemerintah asing untuk menjalankan investigasi bersama guna mengungkap kasus-kasus penyelundupan dan perdagangan cagar budaya.
Di AS, pelaku perdagangan ilegal cagar budaya, benda seni, dan barang antik diancam hukuman penjara hingga 20 tahun, juga denda serta kemungkinan pembayaran ganti rugi terhadap pengembalian barang. 

Sumber

Sepupu T-rex, Raksasa dari China

Baru-baru ini, fosil spesies dinosaurus jenis baru ditemukan di area provinsi Shandong, China. Spesies baru yang digambarkan keluarga dekat dari Tyrannosaurus rex tersebut kemudian dinamai Zhuchengtyrannus magnus.
"Kami namai genus baru ini Zhuchengtyrannus magnus atau 'Raksasa dari Zhucheng' karena tulang belulang ditemukan di Zhucheng," ujar Xu Xing, peneliti dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Chinese Academy of Science, seperti dilansir Xinhua pekan lalu.
Para pakar paleontologi China memastikan penemuan baru mereka tersebut setelah mendapati rahang atas yang unik menyusul pemeriksaan tengkorak dan tulang rahang yang ditemukan di kota Zhucheng. Tulang belulang ini, jika disusun, diperkirakan membentuk sosok makhluk dengan panjang 11 meter, tinggi 4 meter, dan beratnya mendekati 7 ton.
Tulang purbakala itu cuma beberapa sentimeter lebih pendek daripada tulang belulang serupa pada spesies T-rex. "Sehingga, tak ada keraguan lagi bahwa Zhuchengtyrannus adalah Tyrannosaurus besar," kata Xu kepada kantor berita Xinhua.
Menurut Xu pula, Zhuchengtyrannus magnus adalah anggota dari kelompok theropod spesial yang disebut Tyrannosaurines, yang ada di Amerika Utara dan Asia sebelah timur selama era Cretaceous Akhir yang berumur antara 65 sampai 99 juta tahun lalu.
Zhucheng merupakan salah satu tempat di dunia dengan penemuan terbanyak tulang-tulang dinosaurus. Sedikitnya 10 spesies dinosaurus ditemukan di tiga tempat penggalian sejak 1960, termasuk spesies Tyrannosaurus dan Hadrosaurs. Keseluruhan Tyrannosaurus adalah karnivora, berkaki dua, serta umumnya juga memiliki tangan kecil dan tengkorak besar.

(National Geographic Indonesia/Gloria Samantha)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Sinar-X Ungkap Fosil Umur 49 Juta Tahun


Teknologi pencitraan dengan komputer berhasil menguak keberadaan fosil laba-laba yang telah terjebak selama 49 juta tahun di batu ambar. Ambar adalah resin pohon yang telah membatu, sementara resin adalah bahan semipadat semacam getah yang dikeluarkan dalam kantong atau saluran melalui sel epitel pada tanaman.
Dalam publikasinya di jurnal Naturwissenscaften terbaru, ilmuwan mengungkapkan bahwa fosil laba-laba yang terjebak dalam ambar itu termasuk genus yang masih eksis hingga kini, yakni Sparassidae atau kelompok laba-laba huntsman. Nama spesies laba-laba itu sendiri adalah Eusprassus crassipes.
David Penney, ilmuwan Universitas Manchester, yang melakukan penelitian ini, mengatakan, "Kepingan ambar yang tua dan bersejarah ini telah bereaksi dari waktu ke waktu dan sekarang menjadi gelap dan retak, membuat sulit untuk mengenali spesimen hewan yang ada di dalamnya." Untuk melihatnya, ilmuwan harus menggunakan teknik tomografi sinar-X.
"Hasilnya mengagumkan. Tomografi komputer menghasilkan citra 3 dimensi dan klip dengan kualitas yang bagus. Kita mampu membandingkan detail dari fosil dalam ambar tersebut dengan laba-laba yang masih hidup," lanjut Penney. Tak diragukan, fosil itu merupakan kelompok laba-laba huntsman.
"Hasil penelitian ini menarik karena metode yang digunakan ternyata berhasil dan bahwa spesimen penting yang terjebak dalam ambar yang gelap bisa diinvestigasi dan dibandingkan dengan kerabatnya yang masih eksis hingga kini," urai Penney. Menurut dia, 1.000 jenis laba-laba telah diidentifikasi dan sebagian besar ditemukan di ambar.
Laba-laba huntsman, seperti yang dideskripsikan Penney, memiliki ukuran relatif besar, aktif, dan sebenarnya sulit terjebak di ambar. Jenis laba-laba ini kini bisa ditemukan di wilayah tropis Eropa selatan. Namun, 50 juta tahun lalu spesies ini hidup di wilayah Eropa tengah. 


Sumber :

Jejak Pertarungan Brutal Zaman Perunggu


Tim arkeolog dari Centre for Baltic and Scandinavian Archaeology di Jerman berhasil menemukan fosil dari 100 individu di wilayah Tollense Valley, bagian utara Jerman. Ilmuwan memperkirakan, tulang belulang tersebut merupakan milik korban pertarungan brutal yang berlangsung pada zaman Perunggu sekitar 1200 tahun Sebelum Masehi.

Ada sekian bukti yang mendukung pendapat itu. Beberapa tengkorak retak dan pada salah satu tubuh terdapat mata panah yang menembus hingga 2 cm. Delapan tulang lain juga mengalami luka dan ada satu tulang paha yang patah menunjukkan bahwa pemiliknya sempat jatuh dari kuda sebelum tewas dalam pertempuran.

Menguatkan bukti bahwa tulang belulang itu milik korban pertempuran, ilmuwan tak menemukan tembikar ataupun batu nisan yang mengindikasikan adanya pemakaman. Ilmuwan juga menemukan senjata yang ditemukan pada peperangan tersebut berupa senjata kayu seukuran bat bisbol dan batang yang mirip palu.

Penemuan tulang belulang itu mengantarkan ilmuwan pada hipotesis bahwa Tollense Valley merupakan situs pertarungan tertua zaman Perunggu. Bukti adanya pertarungan pada zaman lain, misalnya Neolitik, pernah ditemukan di wilayah Talheim, tetapi karakteristiknya berbeda dengan yang ada di Tollense Valley.

Dr Harald Lubke, pimpinan penelitian, mengatakan, "Ada banyak tanda bahwa pertarungan terjadi tepat sebelum korban tewas dan mayat-mayat tidak dikuburkan secara normal. "Ia juga menambahkan bahwa sepertinya konflik terjadi di wilayah sungai dan ada banyak tulang dari tubuh korban yang mungkin ada."

"Sangat penting untuk menemukan tempat di mana mayat-mayat jatuh ke air dan itu akan menjelaskan apakah benar pertarungan yang terjadi saat itu, atau hal lain. Namun, kami percaya bahwa pertarungan adalah penjelasan yang terbaik saat ini," ujar Lubke. Penelitian Lubke dan timnya dipublikasikan di jurnal Antiquity.

Sumber :
dailymail.co.uk

Goa Kidang Simpan Peninggalan Prasejarah


Balai Arkeologi Yogyakarta pada 6-17 April 2011 lalu melakukan penelitian di Goa Kidang, Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah. Lewat penelitian itu, para arkeolog berhasil menemukan beberapa peninggalan prasejarah, mulai dari peralatan sehari-hari hingga kerangka manusia.
Alat dari cangkang kerang dan tulang ditemukan pada kedalaman 40 cm. Alat cangkang meliputi serut, serut bergerigi, lancipan, serut lancipan, serta bandul atau liontin. Sementara alat dari tulang meliputi lancipan, spatula, dan alat pengasah. Menurut arkeolog, teknologi pembuatan alat cangkang dan tulang di Goa Kidang lebih tinggi daripada wilayah lain.
Arkeolog juga menemukan kerangka manusia di goa tersebut pada kedalaman 150 meter. Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, yang dihubungi hari Minggu (29/5/2011) ini, mengatakan, "Kerangka itu sudah merupakan manusia modern. Diperkirakan berasal dari masa Holocene. Manusia di Jawa masih hidup dengan berburu dan meramu."
Berdasarkan penemuan kerangka manusia itu, diduga bahwa manusia di goa tersebut telah mengenal ritual penguburan. Ritual penguburan berjalan dengan menaburi remis-remis cangkang kerang dan gamping merah. Orientasi penguburan ditemukan mengarah ke tenggara. Pada kerangka ditemukan pula fragmen tulang binatang yang diduga sebagai bekal kubur.
Siswanto mengatakan, "Ritual penguburan saat itu berbeda dengan sekarang. Penguburan masih dilakukan di goa dan tak jauh dari komunitasnya. Hipotesis yang berkembang mungkin ada kekhawatiran kalau dikubur di luar akan dimakan bintang. Bisa juga karena ada kepercayaan untuk mengubur di dekat komunitas, tapi penelitian kita belum sampai ke sana."
Siswanto mengungkapkan bahwa karakteristik peninggalan prasejarah di Goa Kidang hampir sama dengan di Pacitan dan Gunung Kidul. "Ciri-ciri peninggalan di wilayah itu adalah adanya alat dari cangkang kerang dan tulang, manusia yang masih menetap di dalam goa dan belum bisa bercocok tanam sendiri," tutur Siswanto.

Jejak Kuil Dewa Buaya di Mesir


Tempat wisata arkeologi Mesir kembali bertambah dengan dimasukkannya kuil tempat pemujaan Dewa Buaya ke dalam peta pariwisata. Pemerintah Mesir awal Mei lalu telah membuka pusat informasi bagi turis di Madinet, Madi, daerah Fayoum yang terletak di selatan Kairo. Di lokasi tersebut terdapat kuil yang dipersembahkan untuk Dewa Buaya bernama Sobek dari Scedet sebagai dewa pelindung kawasan tersebut.
Kuil yang dibangun pada masa pemerintahan Amenemhat III (sekitar 1859-1813 SM) dan Amenemhat IV (sekitar 1814-1805 SM) ini dilengkapi dengan dua jalan yang di tengah-tengahnya terdapat patung singa dan sphinx. Di dalamnya terdapat 10 gereja Koptik dari abad ke-5 hingga ke-7 serta reruntuhan kuil Ptolemeus yang dipersembahkan untuk Dewa Buaya.
Kuil ini memiliki struktur laras berkubah yang digunakan untuk inkubasi telur-telur buaya. Menurut Edda Bresciani, ahli sejarah Mesir dari Pisa University, struktur itu menunjukkan bahwa kuil tersebut digunakan sebagai tempat pengembangbiakan buaya suci. Pada saat ekskavasi (penggalian), timnya menemukan lusinan telur buaya dengan tingkat kematangan yang berbeda dalam sebuah lubang yang ditutupi lapisan pasir. Sedangkan di ruangan di dekatnya mereka menemukan kolam yang terpelihara dengan baik.
Menurut Bresciani, buaya-buaya itu dibesarkan hanya untuk dibunuh. Kemudian setelah dibalsem, buaya-buaya itu dijual kepada para peziarah yang mengunjungi kuil Sobek. Bukti lain yang menguatkan bisnis buaya suci itu ditemukan di bangunan lain di dekatnya, di mana terdapat kolam lain dan ditemukan 60 butir telur buaya lainnya.

(National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Pasangan Patung Amenhotep III Ditemukan


Menteri Purbakala Mesir pada akhir Mei 2011 lalu mengumumkan penemuan patung Amenhotep III, kakek Raja Tut, setelah tahun lalu terlebih dahulu menemukan patung serupa. Patung yang terbuat dari pualam itu ditemukan di daerah Kom el-Hettan, di tepi barat Luxor.
Berbeda dengan patung pasangannya, Amenhotep III pada patung ini digambarkan berada dalam posisi duduk dan memakai hiasan kepala Nemes, rok lipit, dan janggut kerajaan. Para arkeolog memperkirakan letak patung di tepi jalan yang menuju gerbang ketiga dari kuil penguburan, sekitar 200 meter di belakang Clossi of Memnon yang jadi penjaga gerbang pertama.
Zahi Hawass menjelaskan dalam blognya, patung ini merupakan pasangan dari Colossi yang berada di sebelah utara yang dahulu ditempatkan di gerbang ketiga. Pada penggalian sebelumnya telah ditemukan bagian belakang singgasana dari kedua patung tersebut.
Hawass juga memperkirakan, kedua patung runtuh saat terjadi gempa bumi pada zaman kuno. Beberapa bagian dari patung tersebut masih dapat terlihat pada lapisan sedimen, sedangkan bagian lainnya akan segera disingkap secara bertahap agar kondisinya tetap terjaga. Setelah seluruh proses ekskavasi selesai, patung itu akan ditempatkan kembali di posisinya semula.
Temuan arkeologis ini menambah informasi tentang Raja Tutankhamen, raja cilik yang memerintah Mesir pada 1333 sampai 1324 Sebelum Masehi, periode yang dikenal dalam sejarah Mesir kuno sebagai Kerajaan Baru.

(National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Udang Raksasa Panjangnya 1 Meter


Fosil predator yang mirip udang dengan panjang 1 meter ditemukan di sebelah tenggara Maroko. Hewan tersebut memiliki ukuran terbesar di jenisnya dan diperkirakan mendominasi laut pada zaman pra-dinosaurus selama jutaan tahun.
Hewan yang disebut Anomalocaridid itu mirip seperti udang dan sotong. Salah satu bagian di kepalanya menonjol dan melingkar. Mulut mereka berlapis serta membuka dan menutup seperti diafragma kamera.
Anomalocaridid terbesar sebelum temuan ini berukuran 0,6 meter. Ukuran yang seperti itu saja sudah membuatnya hewan terbesar dalam periode Cambria (542 hingga 501 juta tahun yang lalu), saat invertebrata banyak berevolusi menjadi berbagai hal.
Selain ukuran, hal lain yang mengejutkan dari penemuan ini adalah usia fosil yang terbilang muda, diperkirakan berumur 488 hingga 472 tahun yang lalu. "Hewan ini ternyata bertahan hidup 30 tahun lebih lama dari yang diperkirakan," kata Derek Briggs, Direktur Yale Peabody Museum, yang turut serta pada studi.
Anomalocaridid menyebar luas pada saat periode Cambria, tetapi mulai tidak ditemukan pada era 510 juta tahun yang lalu. "Apa mereka punah atau kita mencari di tempat yang salah?" kata Briggs belum bisa menjawab misterinya. Ternyata, jaringan lembut rusak sebelum terbentuk fosil. Khusus untuk fosil yang ditemukan di Maroko ini, ilmuwan beruntung karena endapan di sekitarnya membuat hewan terawetkan.
Anomalocaridid akhirnya memang punah dan tidak menghasilkan keturunan modern. "Digantikan ikan dan predator laut lain," kata Briggs menjelaskan.

(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Proyek Kamus Assyria Selesai 90 Tahun


Proyek Kamus Assyria untuk mengidentifikasi dan menjelaskan kata-kata yang ditulis dalam huruf paku pada kepingan tanah liat yang diukir pada masa Babilonia, Assyria dan yang lainnya di wilayah Mesopotamia antara 2.500 Sebelum Masehi - 100 akhirnya selesai setelah dikerjakan selama 90 tahun. University of Chicago mengumumkannya, Minggu (5/6/2011).

"Saya merasa bangga dan istimewa telah menyelesaikan proyek ini," kata Martha Roth, editor proyek kamus ambisius ini dan dekan di Departemen Humaniora di University of Chicago yang ikut terlibat proyek sejak 1979. "Saya merasa bahwa proyek ini merupakan fondasi pada bagaimana cara menjalankan proyek kamus lainnya di masa datang," tambahnya.

Sementara, Gil Stein, direktur Oriental Institute, University of Chicago yang juga terlibat proyek ini mengatakan, "Kamus Assyrian ini adalah upaya paling hebat yang saya tahu dalam mengumpulkan secara sistematis, mengkodifikasikan dan membuat bahasa Akkadia yang menjadi jantung rekaman tekstual di tempat kelahirannya, Mesopotamia, bisa diakses."

Dalam mengerjakan proyek selama puluhan tahun, peneliti mengisi jutaan kartu indeks dengan rujukan penggunaan 28.000 kata. Kata yang terkumpul memiliki arti dan merujuk pada konteks dan cara penggunaan yang berbeda. Misalnya, dalam kamus yang telah selesai, kata "umu" yang berarti "hari" memiliki arti dan penggunaan yang diterangkan dalam 17 halaman.

Proyek Kamus Assyria ini dimulai pada tahun 1921, diprakarsai oleh James Henry, pendiri Oriental Institute University of Chicago dan arkeolog Timur Tengah ternama. Ilmuwan menemukan bahwa bahasa Assyria sebenarnya merupakan dialek dari bahasa Semit lain, yakni Akkadia. Karena itulah, kamus ini juga bisa menjadi jembatan memahami bahasa Akkadia.

Sumber :
PHYSORG

Misteri Hieroglif di Piramida Terungkap


Penjelajahan arkeolog ke dalam Piramida Giza dengan bantuan robot berhasil menemukan pesan rahasia yang ditulis dalam aksara hieroglif. Pembacaan yang dilakukan akhirnya mengungkap bahwa aksara hieroglif itu merupakan simbol angka.
"Hieroglif itu adalah simbol angka. Dibaca dari kanan ke kiri, berarti 100, 20, 1. Angka-angka tersebut menyatakan keliling ruangan rahasia itu, 121 hasta," ungkap Luca Miatello, peneliti independen yang memiliki spesialisasi di bidang matematika Mesir Kuno.
Miatello mengatakan, hieroglif itu ditemukan di belakang pintu salah satu ruangan misterius. Ruangan tersebut merupakan satu dari 4 ruangan dalam piramida yang ditemukan pada tahun 1872 dan puluhan tahun menjadi teka-teki bagi para arkeolog.
Shaun Whitehead, peneliti yang terlibat dalam proyek ini mengungkapkan, "Jika hieroglif itu benar angka dan menyatakan pengukuran tepat ruangan misterius, ini mengagumkan. Ini akan menjadi kunci teka-teki yang langka dan besar tentang apa yang sebenarnya arsitek piramida itu pikirkan."
Piramida tempat ditemukannya hieroglif ini dibangun untuk Firaun Khufu dan merupakan yang terbesar diantara 3 piramida di Giza. Menurut Miatello yang menulis tentang pola angka piramida di Jurnal Ankh dan Journal of Archaeology of Egypt, kelipatan 7, 9 dan 11 hasta sering dijumpai dalam pola desain piramida.   


Sumber :


Cerdas, "Homo Soloensis" Bersenjata Tulang


Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran menemukan tiga senjata tajam manusia purba Homo erectus soloensis yang terbuat dari tulang kerbau dan sapi purba di Situs Ngandong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Temuan itu melengkapi data kecerdasan sekaligus evolusi budaya manusia purba yang hidup sekitar 150.000 tahun lalu.
Tiga senjata itu ditemukan ketika penelitian lanjutan di lokasi temuan Homo erectus soloensis selama Maret 2011. Ketiga tulang berujung tajam itu mempunyai panjang 15-20 sentimeter dan berada dalam kondisi utuh. Saat ini, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS) menyimpan temuan itu di Museum Sangiran di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Kepala BPSMPS Harry Widianto, Senin (13/6/2011) di Sragen, mengatakan, manusia purba menggunakan tulang itu sebagai senjata tajam atau alat penusuk buruan. Peneliti BPSMPS menduga bahwa manusia purba meruncingkan bagian ujung tulang itu menggunakan alat serpih yang terbuat dari batu. "Lokasi alat serpih dari batu itu kami temukan saat survei di Ngandong," kata Harry.
Menurut Harry, pada zaman itu, manusia purba menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu dan tulang. Mereka bahkan mampu memanfaatkan sebuah alat untuk membuat alat lain. Hal itu memperkuat sebutan mereka sebagai manusia purba yang cerdas atau Homo sapiens.

Dinosaurus Terkecil Ada di Inggris


Spesies dinosaurus jenis baru yang ditemukan fosilnya dalam penggalian di Inggris mungkin tercatat sebagai dinosaurus terkecil di dunia. Dinosaurus yang diberi nama Ashdown maniraptoran itu memiliki panjang tubuh sekitar satu kaki (30,48 cm) dengan berat 200 gram. Ia diperkirakan hidup pada periode 145 juta tahun sampai 100 juta tahun lalu.
"Seperti maniraptor lainnya, spesies ini bertubuh kecil, berbulu, berjalan dengan dua kaki, seperti burung, berekor pendek, berleher panjang, berkaki belakang yang panjang dan ramping, dan memiliki cakar bagian tubuh depan yang berbulu," urai Darren Naish, asisten riset kehormatan di School of Earth & Environmetal Sciences University of Portsmouth, Inggris, kepada Discovery News.
Spesies ini ditemukan bersama Steven Sweetman saat menganalisis sisa-sisa penggalian dinosaurus di Pivensey Pit di Ashdown Brickworks, situs yang terletak di barat laut Bexhill, Sussex Timur.
Naish dan Sweetman menyimpulkan, fosil yang mereka temukan itu merupakan spesies dinosaurus yang belum terdokumentasikan. Pasalnya, belum ada nama dinosaurus yang merupakan maniraptor dari bebatuan yang berusia sama dan dari daerah yang sama. Namun, belum ditemukannya tengkorak dinosaurus tersebut membuat para peneliti belum dapat menyimpulkan makanan Ashdown maniraptoran ini.
Meski demikian, Naish menduga, berdasarkan maniraptor dan oviraptosaurus lainnya, dinosaurus ini termasuk omnivora yang memangsa binatang kecil seperti serangga, di samping memakan dedaunan dan buah-buahan. Selain itu, tambah Naish, cara berjalan Ashdown maniraptoran serupa dengan theropod lain, yaitu dengan tubuh dan ekor yang berada pada posisi horizontal.
Pesaing terberat Ashdown maniraptoran sebagai kandidat dinosaurus non-unggas terkecil di dunia saat ini adalah Anchiornis dari China, yang memiliki panjang tubuh sekitar 30 sentimeter sampai 40 sentimeter. Namun, belum dapat dipastikan, berapa panjang sebenarnya. 

(National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
Sumber :
National Geographic Indonesia