Sabtu, 16 Juli 2011

Surat Tiba di Tujuan Setelah 50 Tahun





Sepucuk surat perlu waktu sampai 50 tahun untuk tiba di alamat tujuan. Juru bicara Universitas California, Christine Kindl, mengatakan, sepucuk surat cinta dengan cap pos tertanggal 20 Februari 1958 dan ditujukan kepada siswa bernama Clark C Moore tiba di sekolah itu awal pekan ini.
Surat itu dikirim dari Pittsburgh dan tertulis kalimat ”Cinta Sejati, Vonnie”. ”Ini hal paling menarik yang saya temui selama 22 tahun berhubungan dengan surat-surat. Saya melihat banyak sekali surat untuk para mahasiswa, tetapi belum pernah yang seperti ini,” ujar Connie Moris, pengawas surat untuk sekolah itu.
Petugas tidak putus asa. Mereka mencari Moore yang saat ini diperkirakan berusia 70-an tahun melalui dokumen, situs sekolah, bahkan Facebook. Namun, upaya itu belum berhasil. ”Kami berupaya mencarinya, tetapi namanya tidak ada dalam buku catatan alumni kami,” ujar Kindl

Saat Stres, Pria Lebih Mudah Ambil Risiko

Ingin meminta pria mengambil keputusan penting? Sebaiknya jangan pada saat mereka sedang stres, ya. Sebab, penelitian yang dimuat pada jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience membuktikan bahwa pria cenderung ambil risiko saat memutuskan sesuatu di kala mengalami tekanan batin.
"Ketika berada dalam tekanan, pria dan wanita memiliki pola aktivasi otak yang berbeda terhadap pengambilan keputusan," demikian menurut peneliti Nichole Lighthall dari University of Southern California. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari maupun relasi dengan orang lain.

Perbedaan ini tidak terlihat dalam kondisi normal. Namun, begitu ada keputusan sulit yang harus diambil dan kondisinya sedang tidak memungkinkan karena adanya paparan stres yang tinggi, perbedaannya akan terlihat sangat jelas. Pria cenderung memutuskan dengan cepat, terkadang mereka mengambil pilihan yang paling berisiko. Sedangkan wanita justru cenderung mengulur waktu, karena ingin memikirkannya lagi secara matang.

Studi ini juga memperlihatkan, keputusan penuh risiko yang diambil pria saat sedang stres ternyata memberi stimulasi terhadap area tertentu di otak, sehingga mereka akan mendapatkan rasa puas setelah melakukannya.
"Pada wanita, tidak terlihat adanya dorongan untuk mendapatkan kepuasan seperti itu saat sedang tertekan," kata Lighthall.
Penelitian ini menegaskan hasil penelitian Lighthall sebelumnya, yang memperlihatkan bahwa pria dalam kondisi tertekan cenderung untuk melakukan tindakan berisiko, termasuk di antaranya berjudi, merokok, maupun menggunakan narkoba.
,

8 Manfaat Seks yang Menyehatkan

Hubungan seks bukan hanya penting yang menjaga kesehatan hubungan tetapi juga cara yang menyenangkan untuk tetap sehat. Karena itu jangan biarkan gairah cinta Anda dan pasangan meredup agar bisa memetik manfaat sehat berikut ini.
Meningkatkan percaya diri
Memiliki kepercayaan diri bukan hanya penting untuk Anda tapi juga orang di sekitar. Bagaiaman Anda memandang diri di dunia ikut menentukan cara Anda berinteraksi dengan orang lain baik dalam hubungan sosial atau pekerjaan.
Melakukan hubungan seks dengan cara yang Anda inginkan akan membantu kita lebih bahagia. Bersama dengan seseorang yang mencintai dan menerima Anda apa adanya sudah tentu akan meningkatkan kepercayaan diri.
Mengurangi stres
Stres yang berlangsung lama (kronik) berdampak negatif pada kesehatan. Selain mengurangi kekebalan tubuh, stres juga akan meningkatkan tekanan darah serta membuat kita rentan mengalami kecemasan dan depresi.
Hubungan seks yang menyenangkan dan dilakukan secara teratur telah terbukti menurunkan tekanan darah dan membuat kita mampu menghadapi masalah yang berkontribusi pada stres. Seks juga membuat komunikasi dengan pasangan lebih lancar sehingga Anda berdua bisa mengungkapkan perasaan.
Membakar kalori
Hubungan seks bisa dikategorikan ke dalam olahraga karena mampu membakar 90 kalori dalam setengah jam.
Menguatkan hubungan
Berintim-intim di ranjang akan menyebabkan peningkatan hormon-hormon tertentu, termasuk ketika Anda dan pasangan melakukan obrolan mesra sesudah bercinta. Hormon yang penting adalah oksitosin yang sering disebut "hormon cinta". Hormon ini sangat diperlukan untuk menguatkan ikatan cinta dengan pasangan.
Mencegah kanker prostat
Beberapa penelitian menunjukkan pria yang sering melakukan ejakulasi (sekitar 5 kali dalam seminggu) lebih jarang terkena kanker prostat. Proses ejakulasi sendiri, yang melibatkan prostat, sebenarnya adalah mengeluarkan produk tubuh yang bisa menyebabkan kanker.
Menyehatkan jantung
Bercinta sudah disebutkan termasuk kegiatan fisik yang bisa membakar kalori. Bahkan pria yang sudah lanjut usia tidak perlu khawatir terkena serangan jantung atau stroke asalkan hubungan seks dilakukan secara perlahan-lahan. Bercinta secara teratur (2-3 kali seminggu) disebutkan bisa mengurangi risiko serangan jantung pada pria lanjut usia.
Mengurangi nyeri
Menderita nyeri kronik bisa menurunkan kualitas hidup dan membuat tubuh lebih rentan stres, susah tidur, bahkan depresi. Acara bercinta yang panas dan teratur bisa dilakukan untuk menghindari penggunaan obat penghilang sakit. Penelitian menunjukkan hormon oksitosin dan endorfin yang dikeluarkan saat bercinta bisa menghilangkan sakit dengan cara menurunkan persepsi dari sinyal nyeri dari area tubuh yang bermasalah.
Membantu tidur nyenyak
Setelah "bertempur" di ranjang dengan pasangan tubuh akan menjadi lebih rileks sehingga tidur pun lebih nyenyak. Hal ini ada hubungannya dengan peningkatan hormon oksitosin dan endorfin setelah orgasme.

Waspadai Infeksi Pneumonia dan Diare Rotavirus

Penyakit berbahaya disebabkan bakteri pneumokokus serta diare rotavirus bagi anak bayi hingga kini kurang disadari bahayanya oleh para orang tua. Padahal, keduanya juga menjadi penyebab kematian bayi.
Hal itu mengemuka dalam sosialisasi bahaya IPD dan Diare Rotavirus dalam seminar di Hotel Gran Aquila Bandung, Sabtu (16/7/2011). Sosialisasi tersebut dibawakan oleh Kusnandi Rusmil, Ketua Unit Koordinasi Kerja Bidang Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Serta Ina Rosalina, dokter spesialis hati dan pencernaan anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin.

Kusnandi menuturkan, bakteri pneumokokus menyebabkan beberapa penyakit pada bayi seperti radang paru, radang selaput otak, hingga infeksi darah. Penyakit invasif terjadi ketika bakteri masuk ke dalam darah dan berkembang biak di jaringan steril.
"Penyakit IPD menyebabkan angka kematian hingga 15-20 persen pada anak di bawah 2 tahun meski diberikan terapi antibiotik," kata Kusnandi.
Penyakit akibat pneumokokus memang dapat diobati dengan antibiotik, tapi lebih baik lagi dicegah dengan pemberian vaksin. Dia mengungkapkan bahwa vaksin harus diberikan sedini mungkin yaitu 2 bulan. 4 bulan, 6 bulan, kemudian dilanjutkan satu tahun kemudian.
Sementara itu, Ina Rosalina mengungkapkan diare menjadi penyebab kematian tertinggi pada bayi sampai 11 bulan mencapai 31,45 persen, balita 1-4 tahun hingga 25,2 persen. Data tersebut berasal dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Ina menjelaskan bahwa rotavirus adalah penyebab utama diare. Penyebarannya melalui tangan, mainan, atau obyek yang terpapar dengan infeksi. Sama halnya dengan IPD, pencegahan diare rotavirus bisa dilakukan melalui vaksinasi yang bisa diberikan sejak dua bulan.