Rabu, 12 Oktober 2011

Quasicrystal yang Mengubah Hidup Manusia


Quasiperiodic crystal atau singkatnya Quasicrystal dalam kimia dikenal sebagai struktur yang teratur namun tidak periodik. Quasicrystal bisa mengisi seluruh ruang kosong yang tersedia namun tidak memiliki simetri translasional. Jika kristal bisa memiliki 2, 3, 4 atau 6 simetri, maka quasicrystal bisa memiliki simetri dalam jumlah lain.
Quasicrystal telah mengubah hidup manusia, mulai dalam bidang yang mengawang-awang seperti ilmu material hingga dalam konteks keseharian. Berkat jasa dalam penemuan quasicrystal, ilmuwan asal Technion Israel Institute of Technology, Daniel Schetchman, dianugerahi hadiah Nobel Kimia tahun ini oleh Royal Swedish Academy of Sciences.
Schechtman menemukan struktur quasicrystal untuk pertama kalinya pada tahun 1982, ketika ia mempelajari kristal metalik terbuat dari mangan dan aluminum di bawah mikroskop. Schechtman menjumpai pola difraksi lingkaran unik terdiri dari 10 titik. Pada saat itu, ilmuwan yakin bahwa struktur kristal hanya mungkin punya 4-6 titik.
Sejak saat penemuan itu, penelitian quasicrystal terus berlanjut dan beragam aplikasinya pun bermunculan. Karena penemuan quasicrystal, banyak ilmuwan kemudian bereksperimen dengan material tersebut untuk membuat mesin diesel hingga wajan. Quasicrystal juga ditemukan pada pisau cukur dan pisau bedah.
"Jika anda memakai panci aluminum dan memasak di atasnya, temperatur akan segera naik. Jika anda memakai panci dengan coating quasicrystal maka akan membantu mendistribusikan panas sebab merupakan material yang sulit menghantarkan panas dan listrik, sebab susunan atomnya," kata Bassam Shakshasiri, presiden American Chemical Society.
Penemuan quasicrystal adalah penemuan besar yang telah terbukti mampu mengubah hidup manusia. Ke depan, masih banyak lagi manfaat yang bisa dipetik dari penemuan ini. Bagi Israel, penemuan ini dan penghargaan yang diterima oleh Schehtman merupakan kehormatan kedua sebab 2 tahun lalu, Ada E Yonath yang berkebangsaan Israel juga meraih Nobel Kimia.
Berkomentar akan penghargaan yang diterimanya, Schechtman yang bertutur pada New York Times, Rabu (5/10/2011) lalu mengatakan, "Perayaan ini bukan hanya untuk Technion dan Israel, tetapi juga seluruh dunia. Ada banyak ilmuwan yang bekerja pada wilayah yang saya kembangkan, dan saya yakin mereka juga berhak atas penghargaan ini."
Schechtman juga memiliki sebuah kesan atas apa yang dijalaninya selama ini sebagai ilmuwan. "Pelajaran utama yang saya dapatkan selama menekuni profesi saya sadalah bahwa ilmuwan yang baik adalah ilmuwan yang rendah hati dan dapat mendengarkan, bukan ilmuwan yang yakin 100% pada apa yang mereka baca di buku teks." 


Sumber :

Daun Buatan Bisa Menghasilkan Listrik


Sekelompok peneliti asal Amerika Serikat menyebutkan bahwa mereka berhasil membuat "daun" yang terdiri dari silikon dan menggunakan sinar matahari untuk memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Setelah terpisah, kemudian zat-zat itu bisa disimpan ke sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik.
"Kalau Anda meletakkan daun silikon itu di dalam segelas air lalu membawanya ke luar dan menjemurnya di bawah sinar matahari, Anda akan mulai melihat gelembung-gelembung hidrogen dan oksigen," kata Daniel Nocera, seorang profesor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), ketua tim peneliti yang menemukan teknologi tersebut.
Daun buatan ini diharapkan akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi pembangkit listrik tenaga matahari terkait bagaimana menyimpan energi yang diproduksi oleh matahari sehingga bisa digunakan saat cuaca mendung. Bukan dengan melakukan isi ulang terhadap baterai, melainkan menyimpan energi itu sebagai gas oksigen dan hidrogen untuk kemudian dikombinasikan di dalam sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik.
Langkah berikutnya, kata Nocera, adalah mengoptimalkan teknologi itu dalam menghasilkan hidrogen dan oksigen bagi sel bahan bakar untuk memasok energi untuk mobil atau rumah. "Saya tidak perlu memiliki kabel-kabel berseliweran. Tidak perlu menancapkannya ke apa pun," ucapnya. "Itulah yang dilakukan daun tersebut. Mereka mengambil sinar matahari lalu menghasilkan energi secara nirkabel. Itu yang terjadi di sini," ucap Nocera.


Sumber :
(National Geographic Indonesia/Abiyu Pradipa
National Geographic Indonesia

Anggrek Sulawesi Terancam Tambang


Anggrek Sulawesi (Phalaenopsis amabilis var celebica) yang menjadi salah satu plasma nutfah khas daerah ini terancam oleh pertambangan nikel. Konservasi harus segera digalakkan untuk menghindari kepunahannya.
Phalaenopsis amabilis termasuk salah satu spesies anggrek asli atau lebih dikenal dengan nama anggrek alam. Di Sulawesi Selatan, spesies ini banyak tumbuh di hutan-hutan Sorowako, Luwu Timur. Spesies ini paling cocok tumbuh di Sorowako, sayangnya di kawasan itu juga ada pertambangan nikel.
"Yang dikhawatirkan, hutan tempat alami anggrek ini juga akan dikupas untuk tambang," kata Kepala Bidang Penelitian Pengkajian Sumberdaya Alam, Lingkungan dan Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sulsel Muslih Radhi Abdullah di Makassar, Kamis (6/10/2011).
Menurut Muslih, spesies ini memiliki kelopak dan tajuk bunga berwarna putih bersih dan bibir bunga kuning atau kadang berbintik merah.
Tim Balitbangda sempat mengambil sampel anggrek ini untuk disimpan di Kebun Raya Puca di Maros. "Pelestarian habitat bagi Phalaenopsis amabilis var celebica seharusnya dilakukan bersamaan dengan konservasi. Tapi dukungan pemerintah minim karena pelestarian tidak menghasilkan uang secara instan," ucapnya.
Padahal bila dikembangkan, konservasi tanaman juga bisa bernilai ekonomis. Sejak tahun 2008, Balitbangda mencatat 216 spesies tumbuhan yang menjadi plasma nutfah di Sulsel. "Kalau mau diseriusi, kita bisa m engembangkannya seperti bagaimana Tulip bisa bernilai ekonomis dan tetap terjaga keberadaannya," lanjutnya.
Di Indonesia ada enam ekotipe Phalaenopsis amabilis yang endemik di Pulau Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani phalaenos yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis berarti bentuk atau penampakan.
,

Ditemukan, 2 Spesies Katak Pemakan Semut


Dr Conrad Hoskin dari Australia National University (ANU) dan Kieran Aland dari Queensland Museum berhasil menemukan 2 spesies katak batuan. Dua spesies katak tersebut diberi nama Katak Batuan Katini (Cophixalus kulakula) dan Katak Batuan Bertudung Emas (Cophixalus pakayakulangun).
Nama dua spesies tersebut, menurut Hoskin, berasal dari bahasa Kuuku Ya'u, bahasa lokal masyarakat tempat katak itu ditemukan. Hoskin juga mengatakan bahwa dua spesies katak tersebut telah beradaptasi dengan lingkungan batuan di hutan hujan tropis.
"Katak itu memiliki lengan yang panjang, jari yang ramping serta bantalan jari berbentuk segitiga dan berukuran cukup besar. Sifat tersebut membuat katak ini mampu memanjat di antara labirin batuan," ungkap Hoskin seperti dikutip Physorg, Jumatb (7/10/2011).
"Mereka hanya terdapat di batuan dan tak pernah dijumpai di lingkungan sekitarnya. Meski mereka sangat terlokalisasi, mereka terdapat dalam jumlah melimpah ketika ditemui. Anda bisa duduk saat mulai gelap dan melihat katak-katak menakjubkan ini muncul dari batuan," tambah Hoskin.
Kedua spesies katak ini ditemukan di dua wilayah berbveda Cape York Peninsula. Menurut Hoskin, tak banyak spesies yang bisa ditemukan di tumpukan batuan. Selain katak batuan, hanya ada beberapa spesies kadal, serangga dan laba-laba yang bisa ditemukan.
"Dua spesies ini umumnya memakan semut. Mereka meletakkan telur di darat dan tahap berudunya berlangsung di dalam telur. Katak kecil kemudian menetas sebelum akhirnya pergi ke wilayah hutan atau batuan," jelas Hoskin.
Dibanding katak yang sekerabat, dua spesies ini tergolong unik karena ukurannya yang cukup besar. Katak batuan sekerabat lainnya hanya punya ukuran panjang 2 cm. Dua jenis katak ini juga hanya keluar ke permukaan batuan ketika ada hujan di musim panas yang basah.
Untuk menemukan dua jenis katak ini, ilmuwan harus menjelajah di musim panas yang basah dan menelisik tiap batuan. Menurut Hoskin, yang paling membanggakan dari penemuan ini adalah masih adanya spesies baru dalam sains yang bisa ditemukan di negara maju seperti Australia. 


Sumber :
,

Hewan Lunak Raksasa dari Antartika


Christian Aldea, ilmuwan asal Spanyol, menemukan spesies baru hewan lunak (mollusca) raksasa di Antartika yang kemudian diberi nama Zeidora antartica. Spesies ini ditemukan saat Aldea dan rekan dari Departemen Ekologi dan Zoologi Universitas Vigo, Spanyol, melakukan ekspedisi beberapa waktu lalu.
Zeidora antartica, meski disebut raksasa, sebenarnya hanya berukuran 14 mm. Disebut raksasa karena ukuran spesies ini tergolong besar dibanding dengan hewan lain yang berada dalam satu genus, yang biasanya hanya berukuran tak lebih dari 5 mm.
Seperti tertera dalam namanya, spesies ini masuk dalam genus Zeidora. Aldea mengatakan, "Genus ini merupakan grup hewan yang belum banyak dipahami. Grup ini terdiri atas 14 spesies dengan hanya sedikit spesimen yang ditemukan."
Spesies hewan lunak raksasa ini memiliki kemiripan secara morfologi dengan limpet (Fissurellidae). Persisnya, spesies ini ditemukan pada kedalaman 600 meter di Laut Bellingshausen di Antartika. Selain di tempat ini, genus Zeidora, di antaranya, ditemukan di Panama dan Jepang.
"Kami melakukan deskripsi spesies berdasarkan ciri-ciri cangkang karena tidak ada jaringan lunak yang ditemukan pada satu-satunya spesimen yang diambil," kata Aldea seperti dikutip Science Daily, Sabtu (8/10/2011). Meski demikian, dipastikan bahwa spesies ini masih eksis, bukan fosil.
Spesimen spesies baru ini kini disimpan di National Natural History Museum di Madrid. Spesies telah dibandingkan dengan spesies dalam genus Zeidora lain yang disimpan di Natural History Museum di London. Hasil penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal The Nautilus


Sumber :
,

Virus Terbesar di Dunia Ditemukan


Ilmuwan dikejutkan oleh penemuan virus terbesar di dunia di wilayah lepas pantai Chile. Virus ini memiliki lebih dari 1000 genome, demikian papar ilmuwan pada AFP, Senin (10/10/2011).
Virus jenis baru tersebut dinamakan Megavirus chilensis, berdasarkan ukuran dan tempat penemuannya. Genome virus ini 6,5% lebih besar dari kode DNA virus terbesar sebelumnya, Mimivirus, yang diisolasi tahun 2003.
Secara teori, Virus berbeda dengan bakteri karena lebih kecil dan tak bisa bereproduksi tanpa inang makhluk hidup. Tapi, ukuran virus jenis baru ini lebih besar dari bakteri dan merupakan virus DNA terkompleks.
Virus ini diisolasi dari sampel air laut di wilayah lepas pantai Las Cruses, Chile. Sampai saat ini, belum diketahui makhluk hidup yang menjadi inang virus ini.
"M. chilensis tampaknya tidak berbahaya bagi manusia," kata Jean Michel Claverie, peneliti dari National Centre for Scientific Research (CNRS) di Perancis yang terlibat penelitian ini.
Karena ukurannya besar, maka untuk melihat virus ini, Claverie mengatakan, "Anda tak perlu mikroskop elektron untuk melihatnya, anda bisa melihat dengan mikroskop cahaya biasa."
Penemuan ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences. Secara rinci, genome virus ini terdiri dari 1.259.197 pasangan basa nitrogen dan 1.120 gen.
 

Sumber :
,

Fosil Tertua Serangga Bersayap Renda


Tim ilmuwan dari Capital Normal University di Beijing, China, dan Institute of Biology and Soil Science di Vladivostok di Rusia menemukan fosil serangga bersayap renda di China, berasal dari masa Mesozoikum. Hasil penemuan ini dipublikasikan di jurnal open access Zookeys yang terbit 24 September 2011 yang lalu.
Spesies fosil serangga yang ditemukan adalah Undulopsychopsis alexi. Spesies itu termasuk famili Psychopsidae, memiliki kekhasan berupa sayap lebar, berurat padat seperti renda-renda, berambut halus dan pola khas.
Undulopsychopsis alexi berbeda dengan serangga lain dalam satu famili karena margin sayap yang berombak dan polanya. Spesies serangga bersayap renda ini sudah eksis sejak 120 juta tahun yang lalu.
Famili Psychopsidae sendiri pada masa Mesozoikum tersebar luas di seluruh dunia. Namun, saat ini penyebaran famili ini terbatas di wilayah Afrika bagian selatan, Asia bagian tenggara, dan Australia. Banyak tantangan lingkungan yang harus dihadapi famili ini.
"Ciri penting dari spesies ini yang bisa dilihat dari fosil ini ialah bahwa fosil ini mewarisi 2 famili serangga neuroptera yang berbeda, famili Psychopsidae yang masih eksis saat ini dan Osmylopsychopidae yang sudah punah," kata Vladimir Makarkin, salah satu peneliti, seperti dikutip Science Daily, Jumat (7/10/2011).
Undulopsychopsis alexi tepatnya ditemukan di Pripinsi Liaoning, China. Penemuan ini membuka kemungkinan memahami evolusi serangga bersayap renda. 



Sumber :

Air di Bumi Berasal dari Tumbukan Komet


Astronom mengemukakan bahwa air dan samudera yang terdapat di bumi berasal dari komet. Hal ini diungkapkan menyusul hasil analisa komet Hartley 2 dengan Herschel Space Observatory yang dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu (5/10/2011) lalu.
"Hasil penemuan kami menunjukkan, komet memiliki peran besar membawa air dalam jumlah besar ke bumi purba. Ini memperluas kemungkinan sumber air serupa samudera Bumi di Tata Surya, yang kini mencakup komet dari Sabuk Kuiper," kata Dariusz Lis dari California Institute of Technology.
Komet Hartley 2 adalah komet yang berasal dari Sabuk Kuiper, wilayah berjarak 30-50 kali jarak bumi-matahari yang merupakan kampung halaman dari planet kerdil dan komet. Komet Hartley 2 diketahui memiliki air yang dengan sifat kimia mirip dengan air di bumi.
Ilmuwan lewat teorinya mengungkapkan, bumi pada awalnya panas dan kering sehingga air sebagai unsur kehidupan pasti berasal dari asteroid ataupun komet yang menumbuk bumi. Hingga sebelum penemuan Hartley 2, tak ada bukti bahwa komet memiliki air serupa di bumi.
Dalam penelitian, dengan bantuan Herschel, astronom mengobservasi coma Hartley 2. Coma adalah bagian yang terbentuk akibat adanya materi komet yang menguap saat komet bergerak mendekati Matahari. Pada coma itulah, ilmuwan menemukan tanda adanya uap air.
Hasil analisa lebih lanjut mengungkap bahwa Hartley memiliki air berat dan air reguler dengan proporsi sama dengan bumi. Air reguler ialah air yang biasa kita kenal, H2O. Seementara air berat adalah air yang molekul hidrogen-nya digantikan oleh deuterium.
Ilmuwan mengungkapkan, saat ini, ada 5 komet yang rasio air berat dan air regulernya telah diketahui. Kelimanya berasal dari Awan Oort, sebuah daerah tata surya yang jaraknya 10.000 kali jarak ke Sabuk Kuiper dan merupakan daerah asal dari sebagian besar komet yang telah terdata.
Sampai sejauh ini, ilmuwan beranggapan bahwa depositor besar air di bumi adalah asteroid yang berasal dari daerah antara Mars dan Jupiter. Hasil analisa Hartley 2 membuat ilmuwan berpikir bahwa komet dari Sabuk Kuiper yang selama ini dianggap kurang berperan ternyata punya kontribusi.
Bagaimana proses komet dan asteroid datang dan 'menciptakan' air di bumi masih menjadi teka-teki. Geoffrey Blake, professor ilmu keplanetan dari Caltech yang juga terlibat penelitian ini mengatakan, pemahaman tentang distribusi unsur dan dinamika tata surya belum lengkap.
Seperti dikutip Physorg Rabu lalu, Blake mengatakan, "Pada awal tata surya, komet dan asteroid pasti bergerak ke semua tempat. beberapa dari mereka mungkin mendarat dan menabrak di planet kita, lalu menciptakan samudera," katanya.


Sumber :

Mungkin Ada Kehidupan dalam Lubang Hitam


Kosmolog asal Rusia, Vyacheslav Dokuchaev, berpendapat bahwa kehidupan bisa saja terdapat di lubang hitam supermasif. Menurutnya, dalam lubang hitam supermasif sebenarnya terdapat kondisi yang mendukung kehidupan. Makhluk yang hidup dalam lubang hitam akan berevolusi menjadi makhluk yang paling maju di semesta.
Tentu saja pendapat Dokuchaev ini mencengangkan. Pasalnya, hingga sejauh ini, ilmuwan hanya memprediksikan bahwa kehidupan terdapat di Mars dan planet ekstrasurya, dan itu pun belum terbukti. Di samping itu, diyakini bahwa lubang hitam memiliki gravitasi kuat yang mampu menyedot apa pun ke dalamnya. Rasanya tidak mungkin ada kehidupan di sana.
Namun, Dokuchaev menjelaskan bahwa ada bukti kemungkinan kehidupan di lubang hitam dalam jurnal arXiv Cornell University, AS. Ia mengatakan bahwa di dalam lubang hitam ada sebuah wilayah di mana foton bisa tetap ada dalam orbit periodik yang stabil. Menurutnya, jika ada foton yang bisa 'selamat', maka sangat mungkin ada planet yang juga eksis.
Orbit stabil itu hanya terdapat setelah melewati horizon peristiwa, mulut dari lubang hitam, di mana tak ada keteraturan ruang dan waktu. Melampaui horizon peristiwa, terdapat horizon Cauchy di mana ruang dan waktu kembali stabil. Di horizon itulah, menurut Dokuchaev, kehidupan terdapat.
Seperti dikutip Daily Mail, Jumat (7/10.2011), Dokuchaev mengatakan, "Ruang dalam lubang hitam supermasif dihuni oleh peradaban yang sangat maju, tak terlihat dari luar." Ia mengatakan bahwa kehidupan yang ada sudah tergolong Type III dalam skala Kardashev, jauh dari manusia yang ada pada Type I.
Skala Kardashev adalah sebuah skala yang dikembangkan oleh astronom Rusia, Nikolai Kardashev, untuk mengukur kemajuan sebuah peradaban secara astronomi. Type I ialah peradaban yang mampu memanfaatkan potensi planet yang dihuni, Type II adalah peradaban yang mampu memanfaatkan potensi tata suryanya, dan Type III bisa memanfaatkan potensi galaksinya.
Betapapun hebatnya argumen Dokuchaev, hal itu sulit untuk dibuktikan. Kita mungkin tak akan tahu apakah pendapat Dokuchaev benar atau salah sebab mengobservasi lubang hitam dan interiornya masih merupakan tantangan besar saat ini. Mungkin, pendapat Dokuchaev hanya akan bertahan sebagai teori.

Ayo Rancang Eksperimen Angkasa bersama Youtube


Layanan sharing video milik Google, Youtube, dan perusahaan komputer Lenovo bekerjasama dengan lembaga Amerika Serikat, Eropa dan Jepang meluncurkan Youtube Space Lab untuk meningkatkan minat dan gairah pelajar dalam bidang sains.

"Google didirikan oleh seorang ilmuwan, jadi menginspirasi generasi ilmuwan berikutnya adalah hal yang sangat penting bagi kita," kata Zahaan Bharmal, Head of Marketing Google untuk wilayah Eropa, Afrika dan Timur Tengah, seperti dikutip AFP Senin (10/10/2011).

Untuk menarik minat, Youtube Space Lab menantang setiap pelajar untuk merancang ide penelitian yang akan dilakukan di International Space Station. Kompetisi ini terbuka untuk pelajar di mana pun yang berusia 14-18 tahun.

"Kami akan mengambil 2 eksperimen terbaik, memasukkannya dalam roket dan mengirimnya ke ISS," tambah Bharmal. Eksperimen akan dikirim menggunakan roket Jepang, dikontrol dengan komputer milik Lenovo dan disiarkan secara live di Youtube dengan bantuan NASA.

Kompetisi ini bukan main-main. Jurinya saja terdiri dari orang-orang ternama dalam bidang astronomi dan kosmologi. Salah satu jurinya adalah Stephen Hawking, fisikawan dan kosmolog yang mengguncang dunia lewat buku-bukunya.

Kesempatan untuk mengirim ide terbuka hingga bulan Desember. Pemenang akan diumumkan pada bulan Maret. Dua pelajar terpilih juga akan mendapat hadiah berkunjung ke salah satu tempat peluncuran roket atau fasilitas training kosmosnot di Rusia.

Selain dua pemenang utama, akan ada juga enam pemenang dari tiap wilayah yang akan diberi kesempatan mencoba merasakan keadaan di gravitasi nol seperti ISS lewat simulasi. Berminat? Untuk informasi lebih lanjut, bisa dibuka di youtube.

Sumber :
AFP
,

Menyusuri Jejak Nenek Moyang Kita


Nenek moyang manusia modern, Homo sapiens, mulai muncul dan tinggal di kawasan Afrika 150.000-200.000 tahun lalu. Mereka mulai bermigrasi ke luar Afrika 70.000 tahun lalu dan menyebar ke seluruh dunia. Pada periode yang lebih kurang sama, 74.000 tahun lalu, terjadi letusan dahsyat Gunung Toba di Sumatera. Mungkinkah kedua peristiwa ini saling memengaruhi?
Tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut. Kejadian yang sudah berlangsung ribuan tahun itu hanya bisa dibuktikan lewat jejak peninggalan mereka. Ironisnya, semua bukti tampaknya terkubur material yang dimuntahkan Gunung Toba.
Paling tidak begitulah kesimpulan Craig Chesner, geolog dari Eastern Illinois University. Letusan terakhir Toba menimbun nyaris seluruh daratan Sumatera mulai dari Samudra Hindia di sebelah barat hingga Selat Malaka di sebelah timur. Ketebalan material rata-rata 100 meter dan di beberapa area bahkan mencapai 400 meter.
Sebagai bandingan, jejak arkeologi yang terkubur letusan Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (1815), ditemukan pada kedalaman 3 meter di bawah lapisan piroklastik, batuan apung, abu, dan tanah lempung. Berdasarkan Volcanic Explosivity Index, kekuatan letusan Tambora adalah pada skala 7 dari 8, hanya kalah dari letusan Gunung Toba ribuan tahun sebelumnya.
Untunglah ilmu pengetahuan terus berkembang. Kini, upaya memahami asal-usul manusia modern bisa dilakukan dengan membaca urutan sekuen DNA (deoxyribonucleic acid) atau rantai panjang polimer nukleotida yang mengandung informasi genetik untuk diturunkan.
Selain informasi genetik, DNA juga bisa menginformasikan riwayat kehidupan nenek moyang kita. Di sinilah perubahan dalam tubuh terekam—seiring dengan perubahan pola makan, lingkungan, ataupun aktivitasnya—dan memberikan gambaran bagaimana sebenarnya pola kehidupan yang mereka jalani. Hasil perbandingannya dengan DNA populasi di berbagai tempat lain menggambarkan proses berlangsungnya migrasi dan bagaimana hubungan kekerabatannya.
”Keragaman genetik manusia adalah arsip evolusi manusia selama ribuan tahun yang dapat dieksplorasi dari berbagai disiplin ilmu,” kata Prof dr Sangkot Marzuki, MSc, PhD, DSc, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Maka, ketika digagas studi besar untuk memetakan genetik populasi bangsa Asia tahun 2004, Lembaga Eijkman antusias ikut serta. Dalam penelitian yang berlangsung lima tahun, 93 peneliti dari 40 institusi bergabung dalam penelitian ini. Mereka berasal dari Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Taiwan, China, Nepal, India, dan tentu saja Indonesia.
Disebut Konsorsium Pan-Asian SNP (Single Nucleotide Polymorphism), tujuan proyek memang untuk memahami asal-usul keragaman genetik di Asia. Di bawah payung Human Genome Organisation, studi meneliti DNA pada 73 populasi di Asia Tenggara dan Asia Timur dengan sekitar 2.000 sampel darah untuk mendapatkan 50.000 marka (titik data) per sampel.
Marka tersebut adalah single nucleotide polymorphisms (SNPs), suatu tempat pada kromosom yang membedakan individu satu dengan lainnya. Jumlah variasinya, disebut haplotype, mengindikasikan kedekatan dua individu secara genetik. Maka, distribusi haplotype secara geografis akan menunjukkan jejak migrasi, termasuk yang berlangsung pada zaman prasejarah.
Rute selatan
Penelitian sebelumnya—dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (1999)—menyimpulkan bahwa Homo sapiens dari Afrika yang menjadi nenek moyang manusia modern bermigrasi lewat tiga rute: Oseania, Asia yang sebagian lagi berlanjut ke Amerika, dan Eropa. Temuan pada mitokondria DNA yang diwariskan dari kromosom ibu dikonfirmasi dengan filogeni kromosom Y yang hanya ada pada pria.
Selanjutnya studi genetik Konsorsium Pan-Asian SNP yang selesai tahun 2009 menemukan, jalur utama migrasi manusia modern ke Asia adalah melalui Sunda Besar yang sekarang dikenal sebagai kawasan Asia Tenggara. ”Temuan ini melawan arus besar teori migrasi yang menyebutkan bahwa nenek moyang kita berasal dari Asia bagian utara,” kata Sangkot.
Selama ini, migrasi Homo sapiens ke Asia dipercaya berasal dari tempat singgah mereka di kawasan Timur Tengah dan berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang terbesar berjalan melintasi stepa Eurasia dan kemudian berbelok ke selatan melalui daratan Asia. Gelombang kedua yang dianggap tidak berperan penting bergerak melewati pesisir selatan memutari India menuju Indonesia, Malaysia, Filipina, sebelum ke Pasifik.
Namun, studi terakhir membuktikan keragaman genetik justru makin berkurang dari selatan ke utara. Sebagian besar kode genetik yang ditemukan di Asia Timur ternyata lebih banyak lagi ditemukan di selatan. Artinya, Homo sapiens bermigrasi ke Asia hanya dalam satu gelombang melalui rute pesisir selatan (Science, 2009).
Tempat persinggahan utama mereka adalah Sunda Besar. ”Dengan demikian, Asia Tenggara-lah sumber geografis utama populasi Asia Timur dan Asia Utara,” ujar Sangkot.
Apabila dikaitkan dengan letusan Toba, temuan itu juga menunjukkan bahwa nenek moyang kita ternyata mampu bertahan dari bencana dahsyat yang berpotensi memusnahkan kehidupan.
”Skenario survival tersebut didukung bukti dari rekam jejak DNA pada populasi di kawasan Wallacea yang menunjukkan campuran gen dengan populasi dari kawasan Sunda Besar. Selain itu, ada temuan fosil dan peninggalan manusia purba di Gua Niah, Sarawak. Dari umurnya, temuan Niah mengindikasikan bahwa mereka tidak musnah karena letusan Toba,” papar dr Herawati Sudoyo, MS, PhD, Deputi Direktur Lembaga Eijkman. 


Sumber :
Kompas Cetak
,

Waspada Komplikasi Difteri


Difteri, penyakit yang menyerang saluran napas ini sering dianggap sepele, padahal komplikasi yang ditimbulkan tak ringan. Cegah dengan imunisasi DPT sesuai jadwal.
Menurut dr.Hindra Irawan Satari, Sp.A dari RSCM, difteri ditularkan melalui udara pernafasan, bersin, pilek batuk dan percikan ludah dari orang yang membawa kuman tersebut.
"Difteri bisa menyumbat saluran nafas, sehiungga membutuhkan pemblongan leher agar anak dapat bernafas, selain itu dapat juga menyerang jantung sehinga menyebabkan aliran darah jantung terhambat yang dapat menyabebabkan kematian, yang dapat terjadi pada awal minggu," kata dokter ahli penyakit tropik ini.
Ia menambahkan, komplikasi yang menyebakan kematian adaah sumbatan saluran nafas atas dan hambatan saraf pada jantung. Obat yang diberikan untuk mengatasi difteri adalah antibiotik yang diberikan selama 7-10 hari.
"Bagi keluarga, juga harus diperiksa dan diberi pengobatan pencegahan dengan antibiotik," imbuhnya.
Terapi pengobatan lain yang harus diberikan adalah anti difteri serum untuk menetralkan racun yang beredar dalam tubuh. Cara paling murah dan efektif mencegah penyakit mematikan ini adalah imunisasi DPT (vaksin gabungan melindungi terhadap penyakit Difteri, pertusis dan tetanus).
"Jika imunisasi belum lengkap, segera lengkapi imunisasi untuk mencegah terkenanya penyakit yang sangat menular dan dapat mematikan ini," kata pengajar di Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis, Dep Anak FKUI-RSCM ini.
,

3 Telur Seminggu, Picu Kanker Prostat?


Dalam sebutir telur terdapat beragam nutrisi penting mulai dari protein, vitamin, mineral, antioksidan, dan lemak baik. Namun sebuah riset terbaru mengklaim, makan tiga telur dalam seminggu secara signifikan dapat meningkatkan risiko seorang pria meninggal akibat kanker prostat.

Para peneliti menemukan bahwa pria yang mengkonsumsi lebih dari 2,5 butir telur setiap minggunya berpeluang mengidap kanker prostat sebesar 81 persen.

Menurut mereka, kerusakan mungkin disebabkan oleh kandungan sejumlah besar kolesterol atau kolin (nutrisi yang membantu sel berfungsi dengan baik) yang ditemukan dalam telur. Temuan tersebut berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim peneliti asal Harvard School of Public Health, Boston, yang meneliti kebiasaan makan 27.000 orang selama periode 14 tahun.

Hasil penelitian tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah daging yang dikonsumsi dengan risiko tumor. Tetapi jumlah kematian yang tinggi akibat kanker justru ditemukan pada mereka yang mengaku banyak mengonsumsi telur.

Sumber :
the times of india
,

Cacingan pada Anak dapat Mengancam Kecerdesan Anak


Infeksi kecacingan masih menjadi penyakit yang sering menjangkiti balita. Anak-anak bisa saja tidak mengalami gejala apa-apa, tetapi penderita yang mengalami infeksi serius bisa menyebabkan kurang gizi yang berdampak langsung pada kecerdasannya.

Prof. Saleha Sungkar, Ketua Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Indonesia mengungkapkan, gejala awal cacingan sulit dideteksi dan bisa jadi tidak terlihat. Bahkan menurutnya, anak yang terlihat sehat belum tentu bebas dari cacingan.

"Cacingan banyak menyerang anak-anak terutama cacing gelang, cambuk dan cacing kremi," katanya dalam acara seminar ilmiah Waspada Infeksi Kecacingan di Jakarta, Rabu (12/10/11).

Ia menambahkan, kecacingan pada anak bisa dialami siapa saja dan bisa berdampak pada perkembangan fisik, kecerdasan, serta menurunkan daya tahan tubuh anak sehingga mereka mudah terkena penyakit lainnya.

Gejala-gejala umum balita yang menderita kecacingan antara lain lemas, pucat, sering mengantuk, kehilangan selera makan, serta diare.

Meski prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia tiap tahun terus menurun, namun menurut Drs. Saktiyono, Msc. Kepala Sub Direktorat Filariasis dan Kecacing, Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kementerian Kesehatan mengatakan, hingga saat ini kecacingan masih menjadi satu masalah di Indonesia.

"Apabila penyakit ini menyerang anak-anak dapat menurunkan prestasi belajar dan kualitas SDM. Padahal anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa," katanya.

Salah satu cara untuk mencegah infeksi kecacingan adalah mengupayakan lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu biasakan untuk memasak makanan dan minuman sampai matang sebelum dikonsumsi. Pengobatan anticacing yang membunuh parasit diperlukan jika hasil pemeriksaan feses dan fisik menunjukkan anak positif kecacingan. 

Sumber : Kompas healt
,

Kesalahan Umum Saat Diet


Sudah berdiet, tetapi tubuh tetap gemuk? Mungkin ada yang salah dengan diet Anda. Dr.Amanda Sainbury-Salis, penulis buku Weight-Loss Plant Works, mengidentifikasi kesalahan yang sering dilakukan orang yang menjalani diet. Selain tidak cermat memonitor rasa benar-benar lapar, dia juga menemukan bahwa orang yang gagal diet biasanya:
1. Tidak mengonsumsi sayur dan buah dalam jumlah memadai.
Orang yang gagal diet biasanya baru merasakan kepuasan setelah mengonsumsi makanan tinggi kalori. Untuk menyiasatinya, tambahkan sedikit minyak zaitun atau mentega dalam makanan. Segera setelah Anda mendapatkan kembali sinyal lapar, Anda akan belajar bahwa minyak zaitun dan mentega tidak hanya membuat makanan lebih lezat, tapi juga meningkatkan nilai kepuasannya.
2. Banyak mengudap dan mengasup minuman tinggi kalori.
Meski ukurannya kecil, camilan biasanya menggemukkan, seperti halnya alkohol. Terutama alkohol, sering salah memberikan sinyal bahwa tubuh sedang kelaparan.
3. Konsumsi makanan itu-itu saja.
Tubuh paling tidak membutuhkan 30 jenis makanan yang berbeda dalam seminggu untuk memasok kebutuhan akan nutrisi. Bila diet yang dijalankan mengurangi salah satu jenis nutrisi, tubuh seperti mendapat perintah untuk terus makan sampai mendapatkan jenis nutrisi yang dibutuhkan.
4. Diet terlalu sempurna.
Menuruti semua jenis makanan yang dilarang, dapat membuat kita pada kondisi makan sebanyak-banyaknya bila menjumpai makanan tersebut. Sebaiknya tetap konsumsi dalam porsi kecil.
5. Tidak melakukan aktivitas fisik dalam jumlah cukup.
Paling baik adalah berolahraga moderat, dengan porsi 60-90 menit, setiap hari. Pilih jalan kaki tergopoh-gopoh yang bisa dilakukan setiap saat. (GHS/est)
Sumber :
Tabloid Gaya Hidup Sehat
,