Kamis, 22 Desember 2011

Empat Spesies Hiu Baru pada Tahun 2011

Sepanjang tahun 2011, anggota salah satu golongan ikan paling ditakuti, hiu, bertambah. Mereka kini memiliki empat kerabat baru dari laut dalam hasil temuan David Ebert dari California Academy of Science, San Francisco, AS.

Salah satu dari empat hiu laut dalam yang ditemukan adalah hiu gergaji kerdil Afrika (Pristiophorus nancyae) yang dikoleksi dari kedalaman 400-an meter di bawah permukaan laut wilayah Mozambik.

Hiu gergaji kerdil Afrika memiliki moncong panjang dan meruncing dengan gigi tajam sebagai senjatanya. Untuk memangsa, ikan ini akan bergerak di sekawanan ikan lain, melukainya, dan akhirnya berenang pergi sambil memakannya.

Dua spesies lain yang ditemukan masuk dalam golongan hiu lentera. Keduanya adalah Etmopterus joungi yang dikoleksi dari sebuah pasar ikan di Taiwan dan Etmopterus sculptus yang dikoleksi dari kedalaman 400-800 meter.

Seperti namanya, hiu lentera bisa menghasilkan cahaya di beberapa bagian tubuhnya. Ilmuwan berpendapat, kemampuan ini berkaitan dengan kamuflase ketika mencari mangsa dan cara berkomunikasi dengan individu lain di satu spesies.

Spesies hiu terakhir yang ditemukan adalah Squatina caillieti atau hiu malaikat. Jenis tersebut dikoleksi dari wilayah perairan Pulau Luzon, Filipina, pada kedalaman 360 meter. Jenis ini punya tubuh pipih dan sirip yang melebar.

Temuan ini menandai kekayaan biodiversitas di Bumi, yang terus ditemukan, tetapi juga terancam kepunahan. Hiu tersebut hanya contoh salah satu hasil penelitian taksonomi. Ilmuwan Indonesia juga berhasil mengungkap spesies baru, mulai dari tawon monster garuda hingga tikus.

Menguak Evolusi Kemampuan Berjalan Tetrapoda

Teori evolusi menyebutkan bahwa makhluk hidup di daratan berasal dari laut. Sekitar 400 juta tahun lalu, sejenis ikan bersirip lobus bergerak meninggalkan lautan menuju daratan. Evolusinya kemudian menciptakan tetrapoda atau hewan berkaki empat, seperti katak dan juga termasuk manusia.

Melihat bahwa tetrapoda sekarang memiliki kemampuan berjalan, maka diyakini bahwa proses yang terjadi sebelumnya bukan cuma meninggalkan lautan. Hal lain yang terjadi adalah perkembangan kemampuan berjalan, termasuk organ tubuh yang berperan mendukung kemampuan itu.

Sebagian besar biolog berpendapat bahwa evolusi dimulai dengan tumbuhnya alat gerak yang memiliki digit (tangan dan kaki dengan jari), lalu diikuti dengan pergerakan menuju daratan. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa proses evolusi yang terjadi adalah sebaliknya.

"Sangat mungkin bahwa kemampuan berjalan tumbuh terlebih dahulu sebelum kaki atau tangan atau jari-jari atau jempol, atau bahkan sebelum mereka mencapai daratan," kata Heather King, biolog dari Universitas Chicago, dilansir the New York Times, Senin (19/11/2011).

Pendapat King diungkapkan bersama hasil penelitian yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences. King dan timnya meneliti lungfish dari Afrika yang memiliki kemiripan dengan ikan bersirip lobus yang hidup jutaan tahun lalu.

Lungfish memiliki empat sirip tanpa bakal organ serupa jari, paru-paru dan tak memiliki sakrum, tulang segitiga yang menggabungkan paha ke tulang belakang. Sakrum merupakan tulang yang memungkinkan tetrapoda memanfaatkan energinya untuk berjalan.

King melihat bahwa tanpa kaki pun, lungsifh bisa berjalan. Mereka menggunakan sirip belakang untuk berjalan, mendorong diri di dasar akuarium. Kadang, lungfish juga menggunakan sirip depan untuk membuat semacam lompatan. King menuturkan, lungfish bisa mendorong dirinya karena paru-parunya membuatnya memiliki gaya apung besar.

Bola Misterius dari Luar Angkasa

Belum ada seorang pun yang tahu apa benda bulat dari logam yang jatuh di sebuah gurun di utara Namibia itu. Beratnya sekitar 6 kilogram dengan diameter 35 sentimeter.

Saat menghantam permukaan tanah, benda tersebut membentuk kawah sedalam 30 sentimeter dan selebar 4 meter. Bola misterius itu sendiri ditemukan sekitar 18 meter dari kawah yang terbentuk.

Penduduk lokal mengaku mendengar beberapa kali bunyi ledakan sebelum ditemukan benda tersebut oleh salah seorang petani. Temuan benda itu pun langsung mendapat respons saat tersebar di internet. Sebagian berpendapat itu adalah bukti adanya kehidupan lain di luar angkasa.

Namun, Direktur forensik kepolisian setempat Paul Ludik tak mau berspekulasi sehingga langsung mengontak pihak berwenang. NASA dan badan antariksa Eropa (ESA) sudah siap meneliti apa sebenarnya benda tersebut. Salah satu dugaan kuat benda tersebut adalah tangki hidrazine yang digunakan untuk menyimpan senyawa yang mudah terbakar di satelit.

Benda tersebut sebenarnya ditemukan sejak sebulan lalu, tetapi baru dipublikasikan baru-baru ini. Suara ledakan yang terdengar saat jatuh mungkin sonic boom saat kecepatannya menembus Bumi mencapai ambang supersonik.

Benda-benda langit yang jatuh ke Bumi memang beberapa kali tidak habis terbakar karena menggunakna material yang sangat kuat. Saat satelit UARS (Upper Atmosphere Research Satellite) milik NASA dan satelit Rontgen milik Jerman jatuh beberapa waktu lalu, diperkirakan ada sisa material yang jatuh sampai ke Bumi.

Namun, material yang ditemukan di Namibia tetap masih menjadi pertanyaan. Yang pasti material yang digunakan tahan panas sangat tinggi sehingga tahan menembus atmosfer.

Ralat: Sesuai sumber artikel, bola tersebut seberat 13 pound (1 pound setara dengan 0,45 kg) dengan diameter 14 inci (1 inci setara 2,54 cm). Tempat jatuhnya membentuk kawah sedalam 12 inci dengan diameter 13 feet (1 feet setara dengan 30,48 cm). Bola ditemukan 60 feet dari kawah yang terbentuk.

Senyawa Organik Ditemukan di Pluto

Senyawa hidrokarbon kompleks yang diduga organik mirip dengan asam amino dan protein ditemukan di Pluto. Astronom menemukannya menggunakan instrumen Cosmic Origin Spectrograph pada teleskop ruang angkasa Hubble.

Tanda keberadaan senyawa hidrokarbon tersebut terlihat dari hasil analisis data Hubble. Astronom menyatakan bahwa mereka menemukan sesuatu yang menyerap sinar ultraviolet di permukaan Pluto, yang merupakan hidrokarbon.

Menurut astronom, senyawa kimia yang ada di permukaan Pluto mungkin diproduksi oleh sinar Matahari yang bereaksi dengan permukaan Pluto yang terdiri atas es metana, karbon monoksida, dan nitrogen.

"Penemuan ini menarik. Hidrokarbon pada Pluto mungkin bertanggung jawab pada warna Pluto yang kemerahan," kata Alan Stern dari Southwest Research Institute, San Antonio, Texas, AS, di situs Daily Mail, Kamis (22/12/2011).

Selain penemuan hidrokarbon, astronom juga menemukan bahwa dibandingkan tahun 1990-an, spektrum ultraviolet Pluto berubah. Menurut ilmuwan, ini bisa diakibatkan oleh peningkatan tajam tekanan di atmosfer Pluto.

Penemuan ini hanya salah satu yang menarik dari Pluto. Ke depan, dipastikan akan ada banyak penemuan menarik lainnya. Wahana antariksa New Horizon yang diluncurkan tahun 2006 akan mencapai jarak terdekat demgan Pluto pada 2015. Fakta lain tentang mantan planet ini akan diungkap.

Merpati Juga Pintar Matematika

Kecerdasan bangsa burung semakin terkuak lewat penelitian. Burung beo abu-abu Afrika memiliki kemampuan verbal yang hebat, burung scrub jay memiliki memori yang luar biasa, sementara gagak Kaledonia Baru punya kemampuan menggunakan peralatan. Kini, ilmuwan berhasil membuktikan bahwa merpati juga pintar matematika.

Berdasarkan studi yang dilakukan Dr Damian Scarf dan timnya dari Universitas Otago, burung punya kemampuan berhitung, mengurutkan angka abstrak dari yang terkecil ke yang paling besar, dari 1 sampai 9. Hasil ini mencengangkan sebab kemampuan serupa semula diperkirakan hanya ada pada bangsa primata.
Hasil penelitian menunjukkan, merpati bisa memahami bahwa dua lebih besar dari satu, dan tiga lebih besar dari dua.

Untuk mendapatkan hasil tersebut, awalnya ilmuwan melatih merpati dengan 35 set gambar himpunan. Masing-masing dengan satu, dua, dan tiga obyek yang warna dan bentuknya berbeda. Selanjutnya, merpati dihadapkan dengan himpunan obyek yang lebih besar tanpa dilatih untuk meneliti apakah mereka masih tetap mampu mengurutkannya.

Hasil penelitian menunjukkan, merpati bisa memahami bahwa dua lebih besar daripada satu, dan tiga lebih besar daripada dua. Meski tanpa latihan, merpati juga terbukti memahami bahwa enam lebih besar daripada lima dan seterusnya. Kemampuan merpati ini menyamai kemampuan monyet rhesus yang pernah diteliti dengan metode yang sama tahun 1990-an.

"Penemuan kami menambah bukti bahwa merpati merupakan salah satu spesies burung yang memiliki kemampuan mental hebat," kata Scarf, seperti dikutip Physorg, Kamis (22/12/2011).

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (22/12/2011), juga memberi bukti bahwa bangsa burung tak kalah cerdas dengan primata.

Scarf, seperti diuraikan New York Times, mengatakan, kemampuan burung dan primata dalam menghitung didapatkan melalui evolusi. Nenek moyang burung dan primata yang hidup 300 juta tahun lalu memang memiliki kemampuan berhitung yang kemudian diturunkan. Scarf bertaruh, kemampuan ini pasti menguntungkan bagi dua bangsa hewan itu.

Penelitian Scarf dipublikasikan di jurnal Science yang terbit Jumat (23/11/2011). Hingga saat ini belum diketahui apakah merpati mampu menyusun himpunan obyek yang jumlahnya lebih besar, lebih dari 9. Namun, penelitian masih akan terus dilanjutkan, termasuk mengamati aktivitas otak merpati ketika sedang berhitung.

Mawar Angkasa Hasil Tumbukan Dua Galaksi

Teleskop antariksa Hubble menangkap citra sepasang galaksi yang saling bertumbukan, dihiasi dengan bintang biru muda nan panas. Sekilas, dua galaksi tersebut tampak bagai bunga mawar yang merekah di angkasa.

Pasangan galaksi yang saling berinteraksi itu bernama Arp 273, berada di konstelasi Andromeda, sekitar 300 juta tahun cahaya dari Bumi.

Dua galaksi yang bertumbukan adalah UGC 1810 yang berukuran lebih besar serta UGC 1813. Galaksi yang lebih kecil dikatakan "menyelam" ke bagian galaksi yang lebih besar. UGC 1810 yang lebih besar pun terdistorsi bentuknya menjadi serupa mawar.

Bagian spiral pada galaksi yang lebih besar merupakan tanda interaksi UGC 1810 dan 1813. Di bagian luar, terdapat struktur serupa cincin yang dipercaya merupakan tempat di mana dua galaksi saling bersinggungan. Bagaimana dua galaksi bertumbukan belum diketahui.

Di bagian tepi galaksi yang lebih besar tampak banyak spot berwarna biru, yang menunjukkan tempat di mana bintang muda dan panas banyak didapati.

Mawar hasil tumbukan dua galaksi ini tentu tak sama dengan bunga mawar yang dikenal manusia. "Mahkota" mawar angkasa ini agak miring dan asimetris. Mawar angkasa itu ditangkap dengan kamera WCF3, instrumen di teleskop Hubble.

Rupanya Gajah Punya Enam Jari

Selama ini manusia menyangka bahwa gajah hanya memiliki lima jari. Namun, studi yang dilakukan ilmuwan Royal Veterinary College baru-baru ini mengungkap bahwa gajah memiliki enam jari, meski jari keenam tak bisa dikatakan betul-betul jari.

Menurut ilmuwan, jari keenam gajah sebenarnya adalah pemanjangan tulang. Pada gajah, pre-digit atau bisa dikatakan bakal tulang tulang jari telah berkembang menjadi struktur berukuran besar, menyaingi jari yang sebenarnya.

Uniknya, kata John R Hutchinson, sang peneliti, jari keenam pada gajah ini berkembang dengan cara yang unik. Pertama, pre-digit berkembang menjadi batang tulang kartilago (lunak). Baru di tahap selanjutnyalah tulang itu tumbuh menjadi tulang sejati.

Peneliti penasaran dengan fungsi jari keenam itu. Setelah diteliti, ternyata jari keenam itu berfungsi menyeimbangkan berat badan gajah yang super. Jari keenam ini mentransfer beban ke tulang kaki dan engsel.

Menurut peneliti, jari keenam tumbuh seiring dengan proses evolusi gajah. Hutchinson mengungkapkan, mammoth atau gajah purba dan gajah modern pasti memiliki cara berjalan yang berbeda, mulai berevolusi sejak 40 juta tahun lalu.

"Sejauh yang kita tahu, hanya gajah yang masih memakai tulang sesamoid untuk mendukung fungsi ini. Mamalia darat lain telah kehilangannya dan tak mengembangkan kaki besar berlemak atau fitur lainnya yang unik pada gajah," jelas Hutchinson seperti dilansir Daily Mail, Jumat (23/12/2011).

Istimewa... Empat Planet Hiasi Langit pada Malam Natal!

Natal menjadi momen bersejarah bagi umat Kristiani karena kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias. Namun, malam Natal pada Sabtu (24/12/2011) malam hingga Minggu (25/12/2011) dini hari nanti menjadi istimewa karena ada empat planet yang akan menghiasi langit.

Sekitar pukul 19.00 malam nanti, beberapa jam setelah Matahari tenggelam, Jupiter dan Venus akan menampakkan diri. Jupiter akan tampak di ketinggian langit dengan magnitud -2,48, sementara Venus akan muncul di langit bagian barat dengan magnitud - 3,87.

Untuk melihat dengan jelas kedua planet tersebut, ada baiknya Anda menggunakan teleskop dan mencari lokasi tepat, lapang, dan minim polusi cahaya. Planet akan tampak seperti titik cahaya. Berbeda dengan titik cahaya bintang yang berkedip-kedip, cahaya planet akan tampak stabil.

Venus kemudian akan menghilang dari pandangan sekitar pukul 20.30 WIB. Pada sekitar pukul 23.30, Jupiter yang sudah berada di langit bagian barat akan ditemani oleh Mars yang terbit di langit timur. "Si Planet Merah" itu akan tampak dengan magnitud 0,35 sehingga cukup terang untuk disaksikan.

Sekitar pukul 02.00, Mars sudah akan berada di ketinggian langit, yaitu antara arah timur dan utara. Jupiter sudah hilang dari pandangan mata. Sebagai penggantinya, Saturnus akan muncul di langit timur dengan magnitud 1,30.

Mungkin, bila diteropong memakai teleskop, cincin planet tersebut bisa disaksikan. Sebagai catatan, malam ini bukan kali pertama keempat planet itu terlihat.

Jupiter, misalnya, sempat tampak sangat terang pada purnamanya, 28 Oktober 2011 lalu. Saat itu, Jupiter mencapai jarak terdekat dengan Bumi, yakni 629 juta km, 300 juta km lebih dekat dari jarak terjauh yang bisa dicapai.

Mars sendiri sudah tampak sejak beberapa waktu lalu. Planet tersebut memang sedang bergerak mendekati Bumi.

Setiap harinya, planet yang diduga bisa mendukung kehidupan itu bergerak 1.370.000 km lebih dekat dengan Bumi. Pada 5 Maret 2012 nanti, Mars akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi.

Namun, tentu ada syarat untuk bisa menyaksikan keempat planet tersebut pada malam Natal kali ini. Syarat utamanya adalah tak ada mendung dan hujan. Jadi, berdoa saja semoga langit pada malam Natal kali ini begitu cerah tanpa terganggu awan yang menghalangi pandangan.

Gelang Purba 9.500 Tahun Sehalus Lensa Teleskop

Sebuah gelang purba berusia 9.500 tahun pernah ditemukan di Asikli Höyük, Turki, pada tahun 1995. Gelang tersebut dibuat dalam masa kebudayaan neolitik dari bahan kaca vulkanik atau biasa disebut obsidian.

Peneliti dari Institut Français d'Etudes Anatoliennes di Istanbul dan Laboratoire de Tribologie et de Dynamiques des Systèmes mempelajari gelang tersebut serta melihat permukaan dan struktur topografi mikronya.

Hasil penelitian menunjukkan, gelang yang berukuran 10 sentimeter itu dibuat dan diasah dengan teknik yang sangat maju. Menurut para ilmuwan, teknik asahan gelang tersebut menyamai teknik asahan lensa teleskop saat ini.

Gelang purba dari zaman 7500 SM itu merupakan salah satu contoh tertua benda yang terbuat dari kaca vulkanik. Kerajinan kaca vulkanik memuncak pada milenium ke-6 SM atau ke-7 SM. Selain berupa gelang, kerajinan juga berupa cermin dan vas.

Studi ini dipublikasikan di Journal of Arachaelogical Science yang terbit pada Desember 2011. Masyarakat neolitik, kadang juga disebut masyarakat Zaman Batu Baru, memang dikenal sebagai petani yang juga berkemampuan membuat kerajinan.
,