Fenomena crop circle bisa dijelaskan secara Fisika. Pola  yang muncul bisa jadi dihasilkan dari gelombang mikro dari Bumi, laser,  dan GPS. Demikian dijelaskan oleh Richard Taylor, peneliti dari  University of Oregon, AS, yang sekaligus mengungkap bahwa jejak pola  simetris di areal pertanian tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk  luar angkasa.
Crop circle diperkirakan muncul lebih dari 10.000 kali  di sepanjang abad 20. Setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan  keberadaan makhluk luar angkasa, bahkan hal-hal yang berhubungan dengan  supranatural.
Baru pada 1991, muncul pengakuan pertama dari pembuat crop circle. Ia mengaku membuat crop circle  untuk menebar gosip tentang UFO. Meski begitu, penjelasan tersebut  masih meninggalkan pertanyaan di kalangan para ilmuwan: bagaimana bisa  karya seni seperti itu dibuat tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan  biasanya dapat rampung dalam satu malam.
Dalam penjelasannya, Richard Taylor menampik penggunaan sejumlah alat tradisional yang mungkin digunakan untuk membuat crop circle.  "Di zaman modern, penggunaan papan dan tali untuk merebahkan tanaman  dan bangku untuk melompat dari satu area ke area lain agar tak  meninggalkan jejak, rasanya terlalu merepotkan untuk mendapatkan hasil  dalam waktu singkat," kata Taylor.
Menurut Taylor, pembuat crop circle  dapat menggunakan perangkat berteknologi tinggi, seperti perangkat GPS  untuk menempatkan bentuk dan magnetron, tabung yang menggunakan tenaga  listrik dan magnet untuk menghasilkan panas tinggi, untuk merebahkan  tanaman dengan kecepatan tinggi.
Meski terkesan sahih dan masuk akal, penjelasan Taylor tidak serta-merta bisa diterima, sampai ada pembuat crop circle yang mau menjelaskan trik-trik pembuatannya. Meski begitu, pernyataan Taylor yang dimuat di Physics World ini bisa dijadikan referensi.
"Taylor sudah bertindak sebagai ilmuwan yang baik, menguji fakta terkait desain dan konstruksi crop circle tanpa terbawa arus UFO, gosip, dan alien," kata Matin Durrani, editor Physics World.
Sumber :
(National Geographic Indonesia/Ni Ketut Susrini)                               
Tidak ada komentar:
Posting Komentar