Kebo Iwa : “Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti, namun selama ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk kapur ke tubuhku….Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa
Di desa Bedahulu wilayah kabupaten Tabanan, Bali pada zaman dahulu, 
hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum 
mempunyai anak. Bagi penduduk Bali pada masa itu, manusia yang belum 
mempunyai keturunan adalah manusia yang siasia hidupnya.
Suatu hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.
Suatu hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.
Bayi tersebut hendak disusui oleh ibunya, namun jarinya terus 
menunjuk ke arah sebuah nasi kukus. Bahwa nantinya anak ini akan menjadi
 tokoh besar, sudah nampak tanda- tandanya sejak dini.
Bayi itu menangis merengek seolah meminta sesuatu. Sang Ibu kasian 
mendengar rengekan sang bayi , Ibu kemudian mengambil nasi kukus 
tersebut dan mencoba untuk memberikannya pada bayi. Ibu bergumam dalam 
hatinya : Apakah anak ini ingin merasakan nasi kukusan ini? Umurnya 
belum cukup untuk makan nasi?”
Tak dinyana ternyata bayi tersebut memakan nasi kukus tersebut dengan
 lahapnya. Ibu bayi tersebut menampakkan keterkejutan yang sangat. 
Ketika baru lahir, anak tersebut sudah bisa untuk memakan nasi… Ibu:” 
Astaga, Kau telah berikan anak yang luar biasa, ya Hyang Widi…
Ternyata yang lahir bukanlah bayi biasa. Ketika masih bayi pun ia 
sudah bisa makan makanan orang dewasa. Setiap hari anak itu makin banyak
 dan makin banyak.
Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.
Kebo Iwa makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habislah harta
 orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi 
sanggup memberi makan anaknya.
Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala 
kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian 
membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak 
makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa 
tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo 
Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya. 
Bahan-bahan pangan tersebut diolah oleh Kebo Iwa di Pantai Payan, yang 
bersebelahan dengan Pantai Soka.
Danau Beratan merupakan tempat dimana , Kebo Iwa biasanya 
membersihkan, walaupun jaraknya cukup jauh namun dengan tubuh besarnya 
jarak tidak menjadi masalah baginya, dia bisa mencapai setiap tempat 
yang diinginkannya di wilayah Bali dengan waktu singkat.
Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga
 ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal
 menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang 
mengeluarkan air.
Walaupun terlahir dengan tubuh besar, namun Kebo Iwa adalah seorang 
pemuda dengan hati yang lurus. Suatu ketika dalam perjalanannya pulang 
dariDanau beratan, Tampak segerombolan orang dewasa yang tidak berhati 
lurus, Dari kejauhan para warga desa merasa sangat cemas. Tampak seorang
 dari mereka tersita perhatiannya pada seorang gadis cantik. Laki-laki 
itu menggoda gadis ini dengan kasar, gadis ini menjadi takut dan enggan 
berbicara. Laki-laki itu semakin bernafsu dan tangan-tangannya mulai 
melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Tiba-tiba Kebo Iwa muncul di belakang gerombolan tersebut, 
mencengkeram tangan salah seorang dari mereka, nampak kegeraman 
terpancar dari wajahnya, laki-laki itu menjerit kesakitan, gerombolan 
itu sangat terkejut melihat Kebo Iwa yang begitu besar, ketakutan nampak
 dari raut muka gerombolan tersebut. Gerombolan tersebut lari tunggang 
langgang.
Demikianlah Kebo Iwa membalas jasa baik para warga desanya dengan 
menjaga keamanan di mana dia tinggal. Tubuh yang besar sebagai karunia 
dari Sang Hyang Widi dimanfaatkan dengan sangat baik dan benar oleh Kebo
 Iwa.
Pada abad 11 Masehi, sebuah karya pahat yang sangat megah dan indah 
dibuat di dinding Gunung Kawi, Tampaksiring. Kebo Iwa yang memahat 
dinding gunung dengan indahnya, hanya dengan menggunakan kuku dari jari 
tangannya saja. Karya pahat tersebut dibuat hanya dalam waktu semalam 
suntuk, menggunakan kuku dari jari tangan Kebo Iwa.
Pahatan tersebut diperuntukkan memberikan penghormatan kepada Raja 
Udayana, Raja Anak Wungsu ,Permaisuri dan perdana menteri raja yang 
disemayamkan disana. Raja Anak Wungsu adalah raja yang berhasil 
mempersatukan Bali.
Salah satu hal yang paling istimewa dari Kebo Iwa adalah kemampuannya
 untuk membuat sumur mata air. Kebo Iwa dengan segenap kekuatan 
menusukkan jari tangannya ke dalam tanah. Dengan kekuatan jari tangannya
 yang dahsyat, dia mampu mengadakan sebuah sumur mata air, hanya dengan 
menusukkan jari telunjuknya ke dalam tanah.
Beragam kemampuan yang luar biasa tersebut, menyebabkan timbulnya 
daya tarik tersendiri dari pribadi seorang Kebo Iwa. Dan kekuatan luar 
biasa itu, menyebabkan seorang raja yang berkuasa keturunan terakhir
dari Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten… menginginkan Kebo Iwa untuk menjadi salah satu patihnya di wilayah Blahbatuh…Yang juga dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu. (‘Beda’ diartikan sebagai kekuatan yang berbeda). Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan saat itu dia mengucapkan Janji bahwa selama Kebo Iwa masih bernafas Bali tidak akan pernah dikuasi.
dari Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten… menginginkan Kebo Iwa untuk menjadi salah satu patihnya di wilayah Blahbatuh…Yang juga dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu. (‘Beda’ diartikan sebagai kekuatan yang berbeda). Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan saat itu dia mengucapkan Janji bahwa selama Kebo Iwa masih bernafas Bali tidak akan pernah dikuasi.
Dengan dukungan dari patih Kebo Iwa yang luar biasa kuat, Sri 
Astasura Bumi Banten menyatakan bahwa kerajaannya tidak akan mau 
ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit yang berkehendak untuk menaklukkan 
kerajaan di Bali.
Adapun kerajaan Majapahit waktu itu dipimpin oleh Raja Tri Bhuwana 
Tungga Dewi, dengan patihnya yang paling terkenal dengan terkenal dengan
 Sumpah Palapanya (sumpah untuk tidak menikmati kenikmatan dunia bila 
seluruh wilayah nusantara belum dipersatukan di bawah panji Majapahit) 
yang bernama Gajah Mada.
Karena kehebatannya, Kebo Iwa dapat menahan serbuan pasukan Majapahit
 yang hendak menaklukkan Bali. Semua kapal-kapal perang Majapahit 
ditenggelamkan selagi berada di Selat Bali.
Maha Patih Majapahit pun mengatur siasat. Dalam siasat yang diatur, 
Gajah Mada memberikan pujian kepada Baginda Sri Astasura Bumi Banten dan
 Patih Kebo Iwa tanpa menimbulkan kecurigaan. Lantas, Raja Majapahit 
membujuk Patih kebo Iwa untuk melakukan perjalanan ke Majapahit guna 
menikahi wanita terhormat nan jelita pilihan raja yang berasal dari 
Lemah Tulis.
Menanggapi tawaran dari Majapahit, Patih Kebo Iwa yang setia terhadap
 rajanya, memohon petunjuk dan persetujuan dari baginda Sri Astasura 
Bumi Banten. Sang Raja menyetujuinya tanpa rasa curiga.Sebelum pergi ke 
Majapahit, Patih Kebo Iwa terlebih dahulu melakukan upacara keagamaan di
 Pura Uluwatu, untuk meminta kekuatan dari Sang Hyang Rudra. Dan Sang 
Hyang Rudra memenuhi permintaan Kebo Iwa, mengakibatkan meningkatnya 
kekuatan dan kesaktian menjadi sangat luar biasa.
Kedatangan Patih Kebo Iwa ke tanah Majapahit menyebabkan para 
tentara, baik yang belum pernah melihatnya maupun yang pernah takluk 
atas kekuatannya, menjadi terperangah, kagum, bercampur rasa ngeri dan 
waspada, Tentara Majapahit, menampakkan ekspresi terkejut dan cemas. 
Arah pandang mereka terpusat ke satu tujuan yang sama. Beberapa diantara
 mereka nampak sedang berbisik pelan dengan teman yang berada di 
sebelahnya; “Lihatlah ukuran tubuhnya! Luar biasa ! Mengerikan !”.
Patih Gajah Mada menyambut kedatangan Patih Kebo Iwa: “Salam, Patih 
yang tangguh ! Selamat datang di Kerajaan Majapahit” Patih Kebo Iwa yang
 menimpali salam dari Patih Gajah Mada. Kebo Iwa : “Terima Kasih Patih, 
kiranya anda bersedia untuk langsung menjelaskan maksud dari Baginda Tri
 Bhuwana Tungga Dewi yang meminta saya untuk datang ke Majapahit.
Gajah Mada : “Seperti yang telah dikabarkan sebelumnya, Patih kebo 
Iwa, baginda Raja mengharapkan kedatangan patih guna menjalin suatu tali
 persahabatan dengan Kerajaan Bedahulu di Bali dan juga berharap agar 
patih bersedia menemui wanita terhormat pilihan baginda yang dirasa 
pantas untuk mendampingi seorang patih yang tangguh seperti anda”.
Gajah Mada menarik nafas panjang kemudian melanjutkan kata-katanya: 
“Akan tetapi sebelumnya, akan sangat berati apabila Patih kerajaan. Kebo
 Iwa berkenan membuat sumur air di sana yang nantinya akan 
dipersembahkan untuk wanita calon pendamping anda. Lebih lagi, sumur itu
 nantinya juga akan dimanfaatkan oleh rakyat kerajaan Majapahit yang 
saat ini sedang kekurangan air. Kiranya patih berkenan mengabulkan 
permohonan ini.
Patih Kebo Iwa memiliki jiwa besar dan lurus hatinya, akhirnya diapun
 meluluskan permintaan tersebut.Nampak Patih Kebo Iwa yang sedang 
mempertimbangkan permintaan tersebut. Kemudian memutuskan untuk memenuhi
 permintaan tersebut. Kebo Iwa (berpikir sejenak) kemudian dia berkata: 
“Baiklah, biarlah kekuatanku ini kupergunakan untuk sesuatu yang 
menghadirkan berkat bagi orang banyak”.
Tanpa banyak cakap lagi, Patih Kebo Iwa segera melakukan aktivitasnya
 untuk menciptakan sebuah sumur air. Sebelum memulai pekerjaannya, tidak
 lupa Patih Kebo Iwa meminta pedoman dari Sang Hyang Widi. Kebo Iwa : 
(dalam hati) Ya yang Kuasa, segala yang akan saya lakukan semoga 
menggambarkan kebesaran namaMu.Kebo Iwa mulai menggali sumur di tempat 
yang telah ditunjuk.
Dalam waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam. 
Namun belum ada mata air yang keluar. Di atas lubang sumur yang digali 
oleh Patih Kebo Iwa, para prajurit Majapahit terlihat berkerumun, nampak
 mereka memusatkan pehatian pada Patih Gajah Mada. Seakan mereka 
menantikan sesuatu perintah…Tiba-tiba Gajah Mada berteriak: “Timbun dia 
dengan batu………!!!!” Seketika itu juga, para prajurit menimbun kembali 
lubang sumur yang sedang dibuat, dengan Patih Kebo Iwa berada di 
dalamnya.
Para prajurit menimbun lubang sumur dengan batu hasil galian itu 
sendiri, nampak Kebo Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya 
batu. Dalam waktu yang singkat, lubang sumur itupun tertutup rapat. 
Mengubur
seorang pahlawan besar didalamnya. Patih Gajah Mada yang berbicara kepada para parjuritnya.Gajah Mada : “Sungguh amat disayangkan seorang pahlawan besar seperti dia harus mengalami ini. Namun, hal ini terpaksa harus dilakukan, agar nusantara ini dapat dipersatukan. Dengan ini kerajaan Bali akan menjadi bagian dari Majapahit”.
seorang pahlawan besar didalamnya. Patih Gajah Mada yang berbicara kepada para parjuritnya.Gajah Mada : “Sungguh amat disayangkan seorang pahlawan besar seperti dia harus mengalami ini. Namun, hal ini terpaksa harus dilakukan, agar nusantara ini dapat dipersatukan. Dengan ini kerajaan Bali akan menjadi bagian dari Majapahit”.
Tiba-tiba timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam 
prajurit Majapahit. Terdengar teriakan membahana dari dalam sumur. Kebo 
Iwa : (berteriak) “Belum ! Bali masih tetap merdeka, karena nafasku 
masih berhembus !!. Batu-batu yang ditimbunkan melesat kembali keangkasa
 dibarengi dengan teriakan prajurit Majapahit yang terhempas batu. Dari 
dalam sumur, keluarlah Patih Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat 
untuk dikalahkan.
Patih Gajah Mada terkejut, menyaksikan Patih Kebo Iwa yang masih 
perkasa, dan beranjak keluar dari lubang sumur. Kebo Iwa : “Dan 
pembalasan adalah apa yang kutuntut dari sebuah pengkhianatan !” Patih 
Kebo Iwa menyerang Patih Gajah Mada kemarahan dan dendam mewarnai 
pertempuran. Akibat amarah dan dendam yang dirasakan oleh Patih Kebo 
Iwa, pertempuran berlangsung sengit selama beberapa waktu.
Disela-sela saling serang Gajah Mada berteriak:”Untuk memersatukan 
dan memperkuat nusantara, segenap kerajaan hendaklah dipersatukan 
terlebih dahulu. Dan kau berdiri di garis yang salah sebagai seorang 
penghalang !”.
Kesaktian Patih Kebo Iwa, sungguh menyulitkan usaha Patih Gajah Mada 
untuk menundukkannya. Pertempuran antara keduanya masih berlangsung 
hebat, namun amarah dan dendam Patih Kebo Iwa mulai menyurut…Dan rupanya
 Patih Kebo Iwa tengah bertempur seraya berpikir … Dan apa yang tengah 
dipikirkan
olehnya, membuat dia harus membuat keputusan yang sulit… Kebo Iwa : (dalam hati) Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini, keinginannya untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini.
olehnya, membuat dia harus membuat keputusan yang sulit… Kebo Iwa : (dalam hati) Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini, keinginannya untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini.
Namun apabila, aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa 
yang akan aku katakan nantinya pada Baginda Raja sebagai sangkalan atas 
sebuah prasangka pengkhianatan ? Masih dalam keadaan bertempur, secara 
sengaja Patih Kebo Iwa melontarkan pernyataan yang intinya mengenai hal 
untuk mengalahkan kesaktiannya.
Kebo Iwa : “Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat 
nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti, namun selama
 ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. 
Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk 
kapur ke tubuhku.
Pernyataan Patih Kebo Iwa rupanya membuat terkesiap Patih Gajah Mada.
 Patih Gajah Mada menunjukkan reaksi keheranan yang amat sangat atas 
perkataan Patih Kebo Iwa.
Gajah Mada yang mengerti atas keinginan Kebo Iwa, nampak 
menghantamkan jurusnya ke batu kapur, batu itupun luluh lantakmenjadi 
serpihan bubuk.
Patih Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Patih Kebo Iwa 
dengan ilmunya, bubuk kapur menyelimuti tubuh sang patih Nampak Patih 
Kebo Iwa, sesak napasnya oleh karena bubuk kapur tersebut.
Kiranya bubuk kapur tersebut membuat olah pernapasan Patih Kebo Iwa 
menjadi terganggu, hal tersebut mengakibatkan kesaktian tubuh Patih Kebo
 Iwa menjadi lenyap.Patih Gajah Mada melesat ke arah Patih Kebo 
Iwa,menusukkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwa.
Dan sebelum kepergiannya, dengan sisa tenaga yang ada Patih Kebo Iwa 
mengutarakan apa yang ingin dikatakan untuk terakhir kali. Patih Kebo 
Iwa : “Kiranya kematianku tidak sia-sia adanya…biarlah nusantara yang 
kuat bersatu hasil yang pantas atas harga hidupku”.
Patih Gajah Mada dengan raut muka sedih, memberikan jawaban atas 
perkataan Patih Kebo Iwa. Gajah Mada : “Kepergianmu sebagai tokoh besar 
akan terkenang dalam sejarah… Sejarah suatu nusantara yang satu dan 
kuat”.
Tak lama setelah mendengar pernyataan tersebut, napas terakhirpun 
pergilah sudah, meninggalkan raga seorang patih tertangguh dalam sejarah
 Bali… dan pertiwi pun meredup melepas kepergian salah satu putra 
terbaiknya.
Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. 
Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali.
sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=944647
Tidak ada komentar:
Posting Komentar