DALAM berbagai sastra suci Hindu, sudah diprediksi berbagai
ciri-ciri baik dan buruknya keadaan setiap zaman. Dari zaman Kerta,
Treta, Dwapara maupun zaman Kali. Misalnya ciri-ciri zaman Kali Yuga
seperti sekarang ini. Apa yang terjadi dewasa ini sudah dinyatakan
dengan sangat jelas dalam sastra suci Hindu ribuan tahun yang lalu.
Bagaimana cara mengatasi ciri negatif setiap zaman, juga sudah
diajarkan dalam berbagai sastra suci Hindu. Kalau benar-benar kita paham
dengan cara mengatasi keadaan setiap zaman itu, maka manusia pun akan
selalu dapat memperkecil akibat buruk dari keadaan negatif setiap zaman.
Misalnya keadaan zaman Kali dalam Manawa Dharmasastra dinyatakan bahwa
Dharma hanya berkaki satu sedang Adharma berkaki tiga. Ini artinya suara
ketidakbenaran jauh lebih kuat dari pada suara kebenaran (dharma).
Dalam kekawin Nitisastra juga sudah dikatakan bahwa yang paling
diutamakan pada zaman Kali adalah kekayaan. Dalam kekawin dinyatakan
srbgai berikut: Singgihyan tekaning yugaanta kali tan hana lewiha saking
mahadhana. Artinya: Sunguh kalau zaman Kali datang tidak ada yang lebih
utama dari kekayaan (harta benda). Karena itu zaman Kali ini
benar-benar nyata, uanglah yang paling berkuasa.
Karena itu, dewasa ini uanglah yang menjadi ajang perebutan
sesama manusia. Orang pun rela mengorbankan kehormatan dan harga dirinya
demi uang. Selanjutnya dinyatakan pula dalam kekawin Nitisastra bahwa
orang berilmu, para pemimpin, orang suci, orang kuat pengaruhnya
semuanya mengabdi kepada orang kaya. Dalam kekawin Nitisastra dinyatakan
sbb: Tan waktan guna suura Pandita Widagda pada mengayap ring
dhaneswara. Artinya: sungguh sulit diungkapkan, para ilmuwan, para
pemimpin, orang suci, orang kuat, semuanya menjadi abdi orang kaya.
Dalam sastra lainnya juga diungkapkan bahwa para penguasa tidak
lagi berderma kepada mereka yang miskin malahan disuap oleh orang yang
kaya. Pengusaha (Waisya) tidak lagi menghormati penguasa, karena memang
sudah tidak pantas lagi untuk dihormati. Para Brahmana enggan mentaati
ajaran kitab suci. Orang saling meninggi-ninggikan dirinya. Karena
pengaruh zaman Kali manusia menjadi kegila-gilaan, suka berkelahi
berebut kedudukan. Orang saling bermusuhan dengan saudaranya sendiri dan
mencari perlindungan pada musuh. Demikian antara lain ciri-ciri
negatifnya zaman Kali.
Di Bali pun ada beberapa sumber lontar yang menjelaskan keadaan
zaman Kali yang sangat mirip dengan bunyi sastra suci tersebut.
Misalnya Lontar Sangara Bumi, Yoga Sengara, Kali Yuga dam lainnya. Yang
patut direnungkan bagaimana manusia mencari pembebasan dirinya dari
pengaruh negatif zaman Kali itu untuk dapat hidup bahagia. Pertama-tama
yang patut dilakukan adalah memahami keadaan zaman Kali yang memang
seperti itu adanya.
Kita tidak perlu tegang apa lagi stres menghadap keadaan zaman
Kali seperti itu. Janganlah kita ingin melihat zaman Kerta pada zaman
Kali. Jangankan zaman Kerta, keadaan zaman Treta dan Dwaparapun tidak
mungkin kita jumpai pada zaman Kali.
Demikian juga jangan bermimpi keadaan di dunia fana ini seperti
keadaan di sorga sebagaimana diuraikan dalam berbagai kitab Sastra
Agama. Dengan cara berpikir seperti itu kita akan lebih tenang
menghadapi zaman Kali. Dari ketenangan itu, kadar kecerdasan dan kadar
spiritualitas akan lebih aktif menghasilkan gagasan-gagasan yang
benar-benar bijak untuk mengatasi setiap persoalan yang muncul di zaman
Kali ini. Selanjutnya untuk membebaskan diri kita dari pengaruh negatif
zaman Kali hendaknya kita taati apa yang diajarkan oleh kitab suci.
Sudah dinyatakan dalam kitab Manawa Dharmasastra bahwa cara beragama
zaman Kali adlah dengan cara lebih menekankan pada dana punia.
Tentunya cara-cara yang lainnya seperti bertapa, melakukan
upacara yadnya sebagai media untuk melakukan Jnyana, Karma dan Bhakti
tidak boleh dilupakan. Cuma beda penekanannya saja. Melakukan dana punia
itu tentunya harus dengan cerdas. Artinya ikutilah ajaran tentang
melakukan dana punia sebagaimana diajarkan oleh kitab-kitab sastra suci.
Misalnya dalam Bhagawad Gita XVII.20 yang menyatakan bahwa melakukan
dana punia itu hendaknya berpedoman pada ajaran Desa, Kala dan Patra.
Desa artinya disesuaikan dengan tradisi setempat yang sudah
berlaku baik dan diterima oleh masyarakat luas. Kala melakukan dana
punia itu disesuaikan dengan waktunya. Umumnya dianjurkan ber-dana punia
pada saat matahari Uttarayana. Ber-dana punia juga harus tepat kepada
orang yang disebut Patra. Patra artinya orang yang patut mendapatkan
dana punia. Bhagawad Gita menekankan bahwa yang patut dilakukan zaman
Kali adalah berbhakti pada Tuhan dan melayani sesama (Pujanam Sewanam).
Itulah yang patut dilakukan untuk mencapai pembebasan rohani pada zaman
Kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar