Para ahli dari Medical School di Roi Et, Thailand, mengembangkan cara alternatif untuk mendeteksi kanker serviks dengan bantuan cuka. Untuk mendeteksi penyakit diperlukan sedikit cuka yang dioleskan langsung ke mulut rahim pasien. Jika timbul bintik-bintik putih pada lapisan yang terkena cuka, maka pasien positif mengidap kanker serviks.
Cara tersebut sebenarnya ditemukan oleh Johns Hokin pada 1990. Pada 2010, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung penelitian lanjutan mengenai cara yang terbilang murah dan mudah itu.
Para ahli lain juga mengembangkan cara lain untuk mengobati kanker serviks, dengan risiko dan biaya yang relatif rendah. Terapi itu mirip cryotherapy. Jika pada cryotherapy digunakan nitrogen cair, terapi baru itu menggunakan batangan logam yang dibekukan dengan karbon dioksida.
Beberapa rumah sakit di Thailand telah mempraktekkan cara itu. Kefektifan terapi itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Tingkat keberhasilannya mencapai 90%. "Beberapa dokter menolak melakukan terapi ini. Mereka menyebutnya perawatan buruk bagi orang-orang miskin. Itu adalah pendapat yang salah. Terapi ini sangat efektif dengan sumber daya yang melimpah," kata Wachara Eamratsameekool, Ginekolog dari Rumah Sakit Roi Et.
Kanker mulut rahim atau serviks menyerang secara diam-diam dan mematikan. Sekitar 250 ribu wanita tewas akibat penyakit ganas itu. Sayangnya, bagi sebagian orang, pap smear yang merupakan jalan satu-satunya untuk mendeteksi kanker serviks masih menjadi barang mahal.(Zeenews/SHA)
Cara tersebut sebenarnya ditemukan oleh Johns Hokin pada 1990. Pada 2010, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung penelitian lanjutan mengenai cara yang terbilang murah dan mudah itu.
Para ahli lain juga mengembangkan cara lain untuk mengobati kanker serviks, dengan risiko dan biaya yang relatif rendah. Terapi itu mirip cryotherapy. Jika pada cryotherapy digunakan nitrogen cair, terapi baru itu menggunakan batangan logam yang dibekukan dengan karbon dioksida.
Beberapa rumah sakit di Thailand telah mempraktekkan cara itu. Kefektifan terapi itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Tingkat keberhasilannya mencapai 90%. "Beberapa dokter menolak melakukan terapi ini. Mereka menyebutnya perawatan buruk bagi orang-orang miskin. Itu adalah pendapat yang salah. Terapi ini sangat efektif dengan sumber daya yang melimpah," kata Wachara Eamratsameekool, Ginekolog dari Rumah Sakit Roi Et.
Kanker mulut rahim atau serviks menyerang secara diam-diam dan mematikan. Sekitar 250 ribu wanita tewas akibat penyakit ganas itu. Sayangnya, bagi sebagian orang, pap smear yang merupakan jalan satu-satunya untuk mendeteksi kanker serviks masih menjadi barang mahal.(Zeenews/SHA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar