Dua Universitas di bristol, Inggris, melakukan kerjasama dalam badan baru bernama EUROTAST. Tujuannya untuk membuka jalan bagi para peneliti muda agar bisa menelaah lebih jauh salah satu masa terkelam dalam kehidupan manusia: perdagangan budak trans atlantik.
Proyek EUROTAST ini akan menyokong 15 peneliti muda dalan penelitian berdana 4,3 juta Euro atau setara dengan Rp52,6 miliar. Penelitian ini juga akan melibatkan 10 institusi rekanan di tujuh negara Eropa.
Peneliti yang direkrut berasal dari beragam disiplin ilmu, di antaranya sejarah, arkeologi, genetika, dan antropologi sosial. Dua dari ahli yang dilibatkan adalah Dr Kate Robson Brown dan Dr Alista Pike.
Keduanya akan menggunakan teknik osteoarkeologi -metode yang menggunakan jasad hewan atau manusia dari situs arkeologi yang ditemukan- serta analisa isotop. Dengan cara ini diharapkan nantinya bisa diketahui dari mana para budak ini berasal. Sekaligus mengetahui kualitas hidup dan efek dari perbudakan itu sendiri.
Proyek ini nantinya juga bisa membedakan para budak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan trauma fisik yang mereka terima. Trauma ini bisa menjadi indikasi mengenai siksaan, malnutrisi, atau pun penyakit yang dialami para budak.
(Sumber: Heritage Daily)
Proyek EUROTAST ini akan menyokong 15 peneliti muda dalan penelitian berdana 4,3 juta Euro atau setara dengan Rp52,6 miliar. Penelitian ini juga akan melibatkan 10 institusi rekanan di tujuh negara Eropa.
Peneliti yang direkrut berasal dari beragam disiplin ilmu, di antaranya sejarah, arkeologi, genetika, dan antropologi sosial. Dua dari ahli yang dilibatkan adalah Dr Kate Robson Brown dan Dr Alista Pike.
Keduanya akan menggunakan teknik osteoarkeologi -metode yang menggunakan jasad hewan atau manusia dari situs arkeologi yang ditemukan- serta analisa isotop. Dengan cara ini diharapkan nantinya bisa diketahui dari mana para budak ini berasal. Sekaligus mengetahui kualitas hidup dan efek dari perbudakan itu sendiri.
Proyek ini nantinya juga bisa membedakan para budak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan trauma fisik yang mereka terima. Trauma ini bisa menjadi indikasi mengenai siksaan, malnutrisi, atau pun penyakit yang dialami para budak.
(Sumber: Heritage Daily)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar