Orang yang sudah terinfeksi HIV bisa tampak sangat sehat karena virus itu baru menampakkan gejala sampai 10 tahun kemudian. Karena itu kita tidak bisa mengetahui seseorang terinfeksi atau tidak hanya berdasarkan pengamatan kasat mata saja. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah melalui tes darah.
Pemeriksaan HIV, menurut dr.Ekarini Aryasatiani, Sp.OG, harus dilakukan secara sukarela. "Pasien yang dicurigai tertular HIV juga akan dilakukan konseling oleh petugas mengenai prosedur dan keuntungan pemeriksaan," papar ketua kelompok kerja HIV di RSUD Tarakan Jakarta Pusat ini beberapa waktu lalu.
Setiap orang yang akan menjalani tes HIV memang harus berkonsultasi dengan dokter atau konselor terlatih agar mendapat pemahaman mengenai langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh terhadap hasil tes tersebut.
Bentuk pemeriksaan HIV terdiri dari 4 macam, yakni pemeriksaan antibodi, pemeriksaan kultur, pemeriksaan virus, serta antigen. Namun yang paling banyak digunakan adalah tes antibodi HIV. Tes HIV, lanjut Ekarini, harus dilakukan sampai tiga kali karena pemeriksaan bisa memberikan hasil palsu.
"Bila seseorang tertular HIV, selama 12 minggu atau lebih pasca penularan, orang tersebut bila diperiksa anti HIV hasilnya akan negatif karena pada masa tersebut antibodi HIV belum terbentuk. Fase ini disebut juga sebagai window period," paparnya.
Ia menambahkan, pada periode jendela tersebut sebenarnya seseorang sudah terinfeksi HIV dan pada masa ini HIV sangat efektif ditularkan kepada orang lain.
Untuk mendiagnosa HIV, dokter akan melakukan tiga kali pengulangan tes dengan kandungan reagen yang berbeda dan memebri hasil positif. Pengulangan tes dengan bahan baru ini dilakukan sedikitnya 14 hari sesudah tes pertama. Karena proses pemeriksaan yang tidak sederhana ini setiap orang yang akan diperiksa harus dikonseling.
Pemeriksaan HIV, menurut dr.Ekarini Aryasatiani, Sp.OG, harus dilakukan secara sukarela. "Pasien yang dicurigai tertular HIV juga akan dilakukan konseling oleh petugas mengenai prosedur dan keuntungan pemeriksaan," papar ketua kelompok kerja HIV di RSUD Tarakan Jakarta Pusat ini beberapa waktu lalu.
Setiap orang yang akan menjalani tes HIV memang harus berkonsultasi dengan dokter atau konselor terlatih agar mendapat pemahaman mengenai langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh terhadap hasil tes tersebut.
Bentuk pemeriksaan HIV terdiri dari 4 macam, yakni pemeriksaan antibodi, pemeriksaan kultur, pemeriksaan virus, serta antigen. Namun yang paling banyak digunakan adalah tes antibodi HIV. Tes HIV, lanjut Ekarini, harus dilakukan sampai tiga kali karena pemeriksaan bisa memberikan hasil palsu.
"Bila seseorang tertular HIV, selama 12 minggu atau lebih pasca penularan, orang tersebut bila diperiksa anti HIV hasilnya akan negatif karena pada masa tersebut antibodi HIV belum terbentuk. Fase ini disebut juga sebagai window period," paparnya.
Ia menambahkan, pada periode jendela tersebut sebenarnya seseorang sudah terinfeksi HIV dan pada masa ini HIV sangat efektif ditularkan kepada orang lain.
Untuk mendiagnosa HIV, dokter akan melakukan tiga kali pengulangan tes dengan kandungan reagen yang berbeda dan memebri hasil positif. Pengulangan tes dengan bahan baru ini dilakukan sedikitnya 14 hari sesudah tes pertama. Karena proses pemeriksaan yang tidak sederhana ini setiap orang yang akan diperiksa harus dikonseling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar