Rabu, 07 September 2011
Transformasi bentuk dalam calon arang
September 07, 2011

Tari Calonarang dari daerah Bali. Tari ini mengisahkan rangkaian
peristiwa yang terjadi pada zaman pemerintahan Prabu Erlangga di
Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX. Ia menceritakan perbuatan si janda
sakti dan guru ilmu hitam dari Dirah bernama Calonarang yang menyerang
kerajaan Daha yang menyebakan jatuhnya banyak korban jiwa manusia tak
berdosa. Untuk menghentikan perbuatan janda berputrikan Ratna Mangali
ini, Prabu Erlangga minta bantuan kepada seorang brahmana dari Lemah
Tulis bernama Empu Bharadah, yang dengan kekuatan ilmu putihnya berhasil
mengalahkan Calonarang. Adapun bagian-bagian cerita Calonarang yang
lazim dipentaskan adalah: Katundung Ratna Mangali, Iyeg Rarung, Kautus
Empu Bahula, dan Pangesengan Baingin. Masyarakat Bali juga memasukkan
cerita Balian Batur, Basur, Sudarsana, Patih Prabangsa, dan Dayu Datu,
yang sedikit banyak menyangkut ilmu hitam, sebagai lakon
Pa-calonarang-an.
Pengertian Tari Calon Arang
Pengertian Tari Calon Arang
Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk
dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali)
tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat
tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa
adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang
odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan
ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel
Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.
Sejarah Tari Calon Arang
Sejarah Tari Calon Arang
Dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan
dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan
Pangiwa/Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang ditampilkan pada
umumnya berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari
zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke
IX. Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adegan
adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian
bangke-bangkean, menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka
Calonarang sering dianggap sebagai pertunjukan adu kesaktian (batin).
Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur penting,
yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur
Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih
Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya
(murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah
Gede dan Bondres.
Perkembangan Tari Calon Arang
Dramatari Calonarang, yang hingga kini masih tetap digemari oleh masyarakat Bali, kini telah berkembang menjadi tiga varian: Calonarang Klasik, Calonarang Prembon, dan Calonarang Anyar. Ketiganya masih tetap menampilkan lakon-lakon yang berkaitan dengan masalah ilmu hitam (pangeliyakan), masing-masing varian menyajikan lakon Calonarang menggunakan berbagai elemen-elemen seni, dengan struktur pertunjukan serta fokus estetik yang berbeda-beda.
Calonarang Klasik, yang diperkirakan muncul sekitar akhir abad XIX di daerah Gianyar Barat (Batubulan, Singapadu, Sukawati), dibentuk oleh unsur-unsur Bebarongan, Pegambuhan, dan Palegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk; Pegambuhan oleh condong, putri, patih manis (Panji) dan patih keras (Pandung); dan Palegongan oleh sisia-sisia. Peran-peran penting lainnya yang lahir dari dramatari ini sendiri adalah matah gede (wanita tua) dan bondres (orang-orang desa yang berwatak lucu).
Dramatari Calonarang, yang hingga kini masih tetap digemari oleh masyarakat Bali, kini telah berkembang menjadi tiga varian: Calonarang Klasik, Calonarang Prembon, dan Calonarang Anyar. Ketiganya masih tetap menampilkan lakon-lakon yang berkaitan dengan masalah ilmu hitam (pangeliyakan), masing-masing varian menyajikan lakon Calonarang menggunakan berbagai elemen-elemen seni, dengan struktur pertunjukan serta fokus estetik yang berbeda-beda.
Calonarang Klasik, yang diperkirakan muncul sekitar akhir abad XIX di daerah Gianyar Barat (Batubulan, Singapadu, Sukawati), dibentuk oleh unsur-unsur Bebarongan, Pegambuhan, dan Palegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk; Pegambuhan oleh condong, putri, patih manis (Panji) dan patih keras (Pandung); dan Palegongan oleh sisia-sisia. Peran-peran penting lainnya yang lahir dari dramatari ini sendiri adalah matah gede (wanita tua) dan bondres (orang-orang desa yang berwatak lucu).
Pertunjukan Calonarang Klasik (seperti yang ada di Desa Singapadu,
Batubulan, Sukawati, dan sekitarnya) mencakup tiga bagian: pembukaan
(pategak), sajian tari dan drama (paigelan), dan penutup (panyuwud).
Bagian paigelan masih bisa dipisahkan menjadi dua: tarian lepas
(pangelembar) dan tarian berlakon (lampahan). Untuk mengawali
pertunjukan, biasanya dimainkan tabuh pategak. Perubahan wajah
pertunjukan Calonarang di Bali akhir-akhir ini menarik untuk disimak.
Belakangan ini dramatari Calonarang, termasuk kesenian lainnya yang
sejenis seperti Wayang Calonarang, Arja Calonarang (Basur), cederung
menjadi semakin garang dan menantang dengan ditonjolkannya adegan-adegan
yang memperlihatkan pameran kekebalan dan kekuatan batin.
Semakin digemarinya unsur pameran ilmu kekebalan seperti ini
tampaknya terkait erat dengan kondisi sosial masyarakat kita dewasa ini
yang cepat beringas, emosional, dan suka pamer kekuatan dan kekuasaan
serta dengan pongah menghalalkan segala macam cara, sekalipun harus
mengabaikan ajaran-ajaran agama, untuk mencapai suatu tujuan.< suatu
mencapai untuk agama, ajaran-ajaran mengabaikan harus sekalipun cara,
macam segala menghalalkan pongah dengan serta kekuasaan dan kekuatan
pamer suka emosional, beringas, cepat yang ini dewasa kita masyarakat
sosial kondisi erat terkait tampaknya seperti kekebalan ilmu pameran
unsur digemarinya Semakin batin. memperlihatkan adegan-adegan
ditonjolkannya menantang garang semakin menjadi cederung (Basur),
Calonarang Arja Calonarang, Wayang sejenis lainnya kesenian termasuk
dramatari Belakangan disimak. menarik akhir-akhir Bali di pertunjukan.
Alat Musik Pengiring
Pertunjukan Calonarang bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar.
Sebagai pengiring pertunjukan Calonarang ini digunakan gamelan (Semarandana), yang ditambah dengan keyboard, gitar, dan jembe. Di sela-sela pertunjukan terdengar sound effect yang dimainkan dengan keyboard.
Pertunjukan Calonarang bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar.
Sebagai pengiring pertunjukan Calonarang ini digunakan gamelan (Semarandana), yang ditambah dengan keyboard, gitar, dan jembe. Di sela-sela pertunjukan terdengar sound effect yang dimainkan dengan keyboard.
Tempat Pertunjukan Tari Calon Arang
Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon pepaya.
Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon pepaya.
Jenis Tari Calon Arang
Calonarang Prembon pada intinya adalah dramatari Calonarang campuran (per-imbuh-an) yang memadukan elemen-elemen seni pertunjukan Bebarongan, Pegambuhan, Palegongan, dan Paarjaan. Peran-peran Paarjaan yang dimasukkan ke dalam Calonarang meliputi: inya, galuh, mantri manis, dan mantri buduh. Dalam pertunjukan dramatari Calonarang Prembon terjadi dialog antara peran-peran yang memakai dialog Pagambuhan dan yang memakai dialog bertembang (magending) seperti dalam Arja. Secara umum, struktur pertunjukan Calonarang Prembon tidak jauh berbeda dengan, bahkan dapat dikatakan mengikuti Calonarang Klasik.
Calonarang Anyar (Kontemporer) adalah bentuk perkembangan dramatari Calonarang yang paling baru. Grup yang mengawali pertunjukan dramatari Calonarang dengan struktur yang berbeda dengan kedua bentuk Calonarang yang disebutkan di depan adalah Gazes Denpasar melalui dua kali pertunjukannya selama dua bulan terakhir ini di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar (pada tahun 2003).
Calonarang Prembon pada intinya adalah dramatari Calonarang campuran (per-imbuh-an) yang memadukan elemen-elemen seni pertunjukan Bebarongan, Pegambuhan, Palegongan, dan Paarjaan. Peran-peran Paarjaan yang dimasukkan ke dalam Calonarang meliputi: inya, galuh, mantri manis, dan mantri buduh. Dalam pertunjukan dramatari Calonarang Prembon terjadi dialog antara peran-peran yang memakai dialog Pagambuhan dan yang memakai dialog bertembang (magending) seperti dalam Arja. Secara umum, struktur pertunjukan Calonarang Prembon tidak jauh berbeda dengan, bahkan dapat dikatakan mengikuti Calonarang Klasik.
Calonarang Anyar (Kontemporer) adalah bentuk perkembangan dramatari Calonarang yang paling baru. Grup yang mengawali pertunjukan dramatari Calonarang dengan struktur yang berbeda dengan kedua bentuk Calonarang yang disebutkan di depan adalah Gazes Denpasar melalui dua kali pertunjukannya selama dua bulan terakhir ini di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar (pada tahun 2003).
Seperti yang terlihat dalam pementasan dengan “Balian Batur” pada
bulan Oktober dan November yang lalu, dramatari Calonarang Anyar pada
dasarnya adalah sebuah tontonan multimedia dan sajian seni drama yang
melakonkan kisah Calonarang atau yang sejenisnya, secara kolosal, dengan
memadukan berbagai media yang antara lain diambil dari Calonarang
Klasik, Wayang Listrik, seni Ogoh-ogoh, Wayang Kulit Calonarang, tari
Kontemporer, dan pameran seni pangeliyakan.
Pertunjukan Tari Calon Arang
Ada beberapa jenis seni pertunjukan tradisional Bali yang dapat dimasukkan ke dalam seni Pacalonarangan karena memainkan lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Bisa disebut antara lain: Barong Ket Calonarang, Wayang Kulit Calonarang, Legong Keraton Sudarsana, Joged Pingitan Calonarang, Andir Patih Prabangsa, dan Arja Basur. Belakangan ini drama Gong dan Gambuh juga memainkan lakon-lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Dikarenakan dalam pertunjukan kesenian-kesenian ini tokoh rangda (dan juga barong) memegang peranan penting; dan dalam setiap pertunjukan Calonarang selalu ditampilkan adegan adu kekuatan batin, maka muncul suatu kesan bahwa semua seni pertunjukan Bali yang menampilkan rangda adalah Calonarang, dan setiap pertunjukan Calonarang adalah ajang pameran adu kekebalan dari orang-orang sakti.
Ada beberapa jenis seni pertunjukan tradisional Bali yang dapat dimasukkan ke dalam seni Pacalonarangan karena memainkan lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Bisa disebut antara lain: Barong Ket Calonarang, Wayang Kulit Calonarang, Legong Keraton Sudarsana, Joged Pingitan Calonarang, Andir Patih Prabangsa, dan Arja Basur. Belakangan ini drama Gong dan Gambuh juga memainkan lakon-lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Dikarenakan dalam pertunjukan kesenian-kesenian ini tokoh rangda (dan juga barong) memegang peranan penting; dan dalam setiap pertunjukan Calonarang selalu ditampilkan adegan adu kekuatan batin, maka muncul suatu kesan bahwa semua seni pertunjukan Bali yang menampilkan rangda adalah Calonarang, dan setiap pertunjukan Calonarang adalah ajang pameran adu kekebalan dari orang-orang sakti.
Wajah pertunjukan Calonarang (Klasik, Prembon, Kontemporer) telah
berubah menjadi suatu pertunjukan horor yang meneror penonton dengan
adegan-adegan yang berisikan ilmu kekebalan. Sesungguhnya hal ini sudah
ada sejak dahulu, namun dalam sepuluh tahun terakhir ini menjadi satu
unsur pertunjukan yang semakin diutamakan.
Adegan ngundang-ngundang seperti ini adalah suatu hal yang sudah biasa dalam pertunjukan Wayang Kulit Calonarang.
Adegan ngundang-ngundang seperti ini adalah suatu hal yang sudah biasa dalam pertunjukan Wayang Kulit Calonarang.
Beberapa dalang Wayang Kulit Calonarang menjadikan bagian
ngundang-ngundang liyak ini sebagai salah satu elemen pertunjukan yang
sangat ditonjolkan sekaligus sebagai daya tarik. Pada bagian ini si
dalang secara terbuka dan terang-terangan menyebutkan “identitas”
orang-orang yang mempunyai dan mempraktikkan ilmu hitam, tempat di mana
yang bersangkutan memperoleh kesaktian tersebut, tingkat kemampuan orang
tersebut, kadang-kadang dengan menyebutkan harga dari sabuk
pengeliyakan yang dimiliki seseorang. Gelombang pasangnya popularitas
pertunjukan Calonarang dengan pameran ilmu kakebalannya mengingatkan
kita akan gelombang pasang popularitas kesenian Janger di Bali, dengan
berbagai provokasi politiknya pada pertengahan tahun
Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk
dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali)
tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat
tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa
adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang
odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan
ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel
Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.
Pertunjukan “Tari Barong” yang sering dipentaskan untuk umum sebagai sarana pentas (balih-balihan) memiliki beberapa unsur yang hampir menyerupai sendratari Calonarang, namun nilai sakralnya yang berkurang.
Pertunjukan “Tari Barong” yang sering dipentaskan untuk umum sebagai sarana pentas (balih-balihan) memiliki beberapa unsur yang hampir menyerupai sendratari Calonarang, namun nilai sakralnya yang berkurang.
Setelah mengetahui tentang tari Calonarang diharapkan kita semua
khususnya generasi muda senantiasa melestarikan tari Calonarang agar
tidak tenggelam. Sebagai generasi muda kita harus lebih mengenal tentang
seni dan kebudayaan, baik seni tradisional maupun seni modern. Karena
pada saat ini kita sebagai generasi muda dituntut ikut serta aktif dalam
perkembangan dunia yang semakin pesat. Untuk itu kita sebagai generasi
muda harus tetap menjaga keaslian dari seni dan budaya itu sendiri.
Asal usul nama Indonesia
September 07, 2011
Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa Indoa menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana
yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita
masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia
luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra),
Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia
hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah
yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia“.
Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia
Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama
samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk
menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” ( Bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.
Nusantara
Pada tahun 1920, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker ( 1879 – 1950),
yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli),
memperkenalkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung
unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara,
suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi
mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang
ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh JLA.
Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan
pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara
digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam Bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara,
maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua
benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi
nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat
menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia
Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia
(JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan ( 1819 – 1869 ),
seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George
Samuel Windsor Earl ( 1813 – 1865 ), menggabungkan diri sebagai redaksi
majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.
Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi
penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas
(a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
“… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians“.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu)
daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat
untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (
Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa nahasa Melayu
dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang
menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago”
terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang
dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih
baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
“Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but
rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical
term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands
or the Indian Archipelago“.
Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari
bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu
Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini
menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel
sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara
ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang
memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga
sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian.
Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi
Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda
tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan
sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven
(1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër
(orang Indonesia).
Identitas Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah
ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh
pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia”
akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang
memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga
dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa
Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi
pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun
1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische
Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
“Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat)
mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab
dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama
Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena
melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan
untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha
dengan segala tenaga dan kemampuannya.”
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada
tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan
Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di
tanah air yang mula-mula menggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama
“Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada
Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini
dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat;
parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo
dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia
Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama
“Nederlandsch-Indie”. Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942,
lenyaplah nama “Hindia Belanda”. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945,
lahirlah Republik Indonesia.
Asal Usul Leak di Bali
September 07, 2011
Leak
Leak merupakan salah satu warisan ilmu sakral di Bali.
Cerita Leak di Bali merupakan cerita yang penuh dengan misteri dan mistik..
Menurut cerita Leak terkenal di Bali merupakan jelmaan manusia.Manusia atau rohnya bisa berubah wujud menjadi leak atau rupa yang lain menurut yang dikehendaki atau menurut tingkatan ilmu manusia itu sendiri.yang terkenal di Bali Leak pada umumnya merupakan ilmu hitam.
Orang yang bisa nge-Leak biasanya orang yang sudah usia lanjut.
Ilmu Leak menurut cerita bisa didapatkan dari belajar atau memang keturunan,yaitu keturunan Leak.Dari nenek,ibu dan anaknya menjadi pewaris.
Menurut cerita pula orang yang bisa nge-Leak dari belajar biasanya usil.Suka mengangu orang.Atau Cuma sekedar menakut-nakuti.
Mereka yang bisa Nge-Leak dapat merubah wujudnya dari tingkatan yang paling kecil sampai tingkatan yang tinggi.Mulai dari Siap Olagan ( ayam tanpa bulu ),kera, sampai menjadi asap atau menjadi bangke ( mayat tertutup kain kafan ) dan lain-lain.
Dan semua orang yang bisa nge-Leak sudah tentu mendapat penugrahan dari Betari Durga ( penguasa kuburan ).
Cerita Leak di Bali merupakan cerita yang penuh dengan misteri dan mistik..
Menurut cerita Leak terkenal di Bali merupakan jelmaan manusia.Manusia atau rohnya bisa berubah wujud menjadi leak atau rupa yang lain menurut yang dikehendaki atau menurut tingkatan ilmu manusia itu sendiri.yang terkenal di Bali Leak pada umumnya merupakan ilmu hitam.
Orang yang bisa nge-Leak biasanya orang yang sudah usia lanjut.
Ilmu Leak menurut cerita bisa didapatkan dari belajar atau memang keturunan,yaitu keturunan Leak.Dari nenek,ibu dan anaknya menjadi pewaris.
Menurut cerita pula orang yang bisa nge-Leak dari belajar biasanya usil.Suka mengangu orang.Atau Cuma sekedar menakut-nakuti.
Mereka yang bisa Nge-Leak dapat merubah wujudnya dari tingkatan yang paling kecil sampai tingkatan yang tinggi.Mulai dari Siap Olagan ( ayam tanpa bulu ),kera, sampai menjadi asap atau menjadi bangke ( mayat tertutup kain kafan ) dan lain-lain.
Dan semua orang yang bisa nge-Leak sudah tentu mendapat penugrahan dari Betari Durga ( penguasa kuburan ).
Cerita Rakyat Asal Mula Reog Ponorogo
September 07, 2011

Cerita Rakyat Asal Mula Reog Ponorogo Berasal dari Propinsi Jawa Timur
Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi
Sanggalangit. Ia puteri seorang raja yang terkenal di Kediri. Karena
wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lemah lembut banyak para
pangeran dan raja-raja yang ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai
istri.
Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat untuk
berumah tangga. Sehingga membuat pusing kedua orang tuanya. Padahal
kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan hadirnya seorang cucu.
?Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang
melamarmu?? tanya Raja pada suatu hari.
?Ayahanda? sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun
jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat,
calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.?
?Lalu apa keinginanmu itu??
?Hamba belum tahu??
?Lho? Kok aneh??? sahut Baginda.
?Hamba akan bersemedi minta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba.?
Demikianlah, tiga hari tiga malam Dewi Sanggalangit bersemedi. Pada hari keempat ia menghadap ayahandanya.
?Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan
yang menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam
tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan
kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan dijadikan
iringan pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala
dua.?
?Wah berat sekali syaratmu itu!? sahut Baginda.
Meski berat syaratnya itu tetap diumumkan kepada segenap khalayak
ramai. Siapa saja boleh mengikuti sayembara itu. Tidak peduli para
pangeran, putera bangsawan atau rakyat jelata.
Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu untuk memperistri Dewi
Sanggalangit jadi ciut nyalinya. Banyak dari mereka yang mengundurkan
diri karena merasa tak sanggup memenuhi permintaan sang Dewi.
Akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi
permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari
Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin.
Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu.
Sebab Raja Singabarong adalah manusia yang aneh. Ia seorang manusia yang
berkepala harimau. Wataknya buas dan kejam. Sedang Kelanaswandana
adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya
kebiasaan aneh, suka pada anak laki-laki. Anak laki-laki itu dianggapnya
sebagai gadis-gadis cantik.
Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkan.
Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya memerintah dengan bengis dan
kejam. Semua kehendaknya harus dituruti. Siapa saja dari rakyatnya yang
membangkang tentunya akan dibunuh. Raja Singabarong bertubuh tinggi
besar. Dari bagian leher ke atas berwujud harimau yang mengerikan.
Berbulu lebat dan penuh dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memelihara
seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.
Ia sudah mempunyai selir yang jumlahnya banyak sekali. Namun belum
mempunyai permaisuri. Menurutnya sampai detik ini belum ada wanita yang
pantas menjadi permaisurinya, kecuali Dewi Sanggalangit dari Kediri.
Karena itu ia sangat berharap dapat memenuhi syarat yang diajukan oleh
Dewi Sanggalangit.
Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para abdinya untuk
mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan para seniman dan seniwatinya
menciptakan tontonan yang menarik, dan mendapatkan seekor binatang
berkepala dua. Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda kembar
sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi baru belum
tercipta, demikian pula binatang berkepala dua belum didapatkannya.
Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Iderkala.
?Hai Patih coba kamu selidiki sampai bagaimana si Kelanaswandana
mempersiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Kita jangan sampai kalah
cepat oleh Kelanaswandana.?
Patih Iderkala dengan beberapa prajurit pilihan segera berangkat
menuju kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang.
Mereka menyelidiki berbagai upaya yang dilakukan oleh Raja
Kelanaswandana. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama selama
lima hari mereka kembali ke Lodaya.
?Ampun Baginda. Kiranya si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan
permintaan Dewi Sanggalangit. Hamba lihat lebih dari seratus ekor kuda
kembar telah dikumpulkan. Mereka juga telah menyiapkan tontonan yang
menarik, yang sangat menakjubkan.? Patih Iderkala melaporkan.
?Wah celaka! Kalau begitu sebentar lagi dia dapat merebut Dewi
Sanggalangit sebagai istrinya.? kata Raja Singabarong. ?Lalu bagaimana
dengan binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan??
?Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan. Tapi nampaknya
sebentar lagi mereka dapat menemukannya.? sambung Patih Iderkala.
Raja Singabarong menjadi gusar sekali. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan berkata keras.
?Patih Iderkala! Mulai hari ini siapkan prajurit pilihan dengan
senjata yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah menyerbu
ke Bandarangin.?
Demikianlah, Raja Singabarong bermaksud merebut hasil usaha keras
Raja Kelanaswandana. Setelah mengadakan persiapan yang matang, Raja
Singabarong memerintahkan prajurit mata-mata untuk menyelidiki
perjalanan yang akan ditempuh Raja Kelanaswandana dari Wengker menuju
Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka di perjalanan
dan merampas hasil usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri
kepada Dewi Sanggalangit.
Raja Kelanaswandana yang memerintah kerajaan Wengker berwajah tampan
dan bertubuh gagah. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Namun ada
wataknya yang tidak baik, ia suka mencumbui anak laki-laki. Ia
menganggap anak laki-laki yang berwajah tampan dan bertubuh molek itu
seperti gadis-gadis remaja. Hal ini sangat mencemaskan pejabat kerajaan
dan para pendeta. Menimbulkan kesedihan bagi para rakyat yang harus
kehilangan anak laki-lakinya sebagai pemuas nafsu Raja.
Patih Pujanggeleng dan pendeta istana sudah berusaha menasehati Raja
agar meninggalkan kebiasaan buruknya itu namun saran mereka tiada
gunanya. Raja tetap saja mengumpulkan puluhan anak laki-laki yang
berwajah tampan.
Pada suatu hari Raja Kelanaswandana memanggil semua pejabat kerajaan
dan para pendeta. Ia berkata bahwa ia akan menghentikan kebiasaannya
jika dapat memperistri Dewi Sanggalangit dari Kediri. Sebab semalam ia
mimpi bertemu dengan gadis cantik jelita itu dalam tidur. Menurut para
Dewa gadis itulah yang akan menghentikan kebiasaan buruknya mencumbui
anak laki-laki.
Seluruh pejabat dan pendeta menyetujui kehendak Raja yang ingin
memperistri Dewi Sanggalangit. Maka ketika mereka mendengar persyaratan
yang diajukan Dewi Sanggalagit, mereka tiada gentar, seluruh kawula
kerajaan, baik para pejabat, seniman, rakyat biasa rela bekerja keras
guna memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit.
Karena mendapat dukungan seluruh rakyatnya maka dalam tempo yang
tidak begitu lama Raja Kelanaswandana dapat menyiapkan permintaan Dewi
Sanggalangit. Hanya binatang berkepala dua yang belum didapatnya. Patih
Pujanggeleng yang bekerja mati-matian mencarikan binatang itu akhirnya
angkat tangan, menyatakan ketidaksanggupannya kepada Raja.
?Tidak mengapa!? kata Raja Kelanaswandana. ?Soal binatang berkepala
dua itu aku sendiri yang akan mencarinya. Sekarang tingkatkan
kewaspadaan, aku mencium gelagat kurang baik dari kerajaan tetangga.?
?Maksud Baginda?? tanya Patih Pujanggeleng penasaran.
?Coba kau menyamar jadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar dan keramaian lainnya.?
Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujanggeleng mengerti maksud
Raja. Ternyata ada penyusup dari kerajaan Lodaya. Mereka adalah para
prajurit pilihan yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih
Pujanggeleng yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya dapat
mengorek keterangan secara halus apa maksud prajurit Lodoya itu datang
ke Bandarangin.
Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan keterangan yang
diperlukan. Ia bermaksud kembali ke Lodoya. Namun sebelum melewati
perbatasan, anak buah Patih Pujanggeleng sudah mengepungnya, karena
prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin
membunuhnya.
Patih Pujanggeleng menghadap Raja Kelanaswandana.
?Apa yang kau dapatkan?? tanya Raja Kelanaswandana.
?Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan
tentang usaha Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja
Singabarong hendak merampas usaha Baginda dalam perjalanan menuju
Kediri.?
?Kurang ajar!? sahut Raja Kelanaswandana. ?Jadi Raja Singabarong akan
menggunakan cara licik untuk memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu
kita hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara kita.?
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit
mata-mata yang dikirim ke Bandarangin nampak gelisah. Ia segera
memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan. Sementara dia
sendiri segera pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, karena
pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.
?Hai burung merak! Cepat patukilah kutu-kutu di kepalaku!? teriak Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal.
Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu
Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong.
Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, bagaikan buaian
sehingga Raja Singabarong terlena dan akhirnya tertidur. Ia sama sekali
tak mengetahui keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit yang
berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit
bahwa jika ia sedang berada di tamansari siapapun tidak boleh menemui
dan mengganggunya, jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan
dihukum mati.
Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana
pasukan Bandarangin sudah datang menyerbu dan mengalahkan prajurit
Lodaya. Bahkan Patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah binasa
lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin.
Ketika peperangan itu sudah merembet ke dalam istana dekat tamansari
barulah Raja Singabarong terbangun karena mendengan suara ribut-ribut.
Sementara si burung mereka masih terus bertengger mematuki kutu-kutu
dikepalanya, jika dilihat sepintas dari depan Raja Singabarong seperti
binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.
?Hai mengapa kalian ribut-ribut?? teriak Raja Singabarong.
Tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak
lain adalah Raja Kelanaswandana. Raja Bandarangin itu tahu-tahu sudah
berada di hadapan Raja Singabarong.
Raja Singabarong terkejut sekali. ?Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari??
?Jangan pura-pura bodoh!? sahut Raja Kelanaswandana. ?Bukankah kau
hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!?
?Hem, jadi kau sudah tahu!? sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
?Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu!? berkata demikian Raja
Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan ke bagian kepala
Raja Singabarong. Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang
bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya
sehingga Raja Singabarong berkepala dua.
Raja Singabarong marah bukan kepalang, ia mencabut kerisnya dan
meloncat menyerang Raja Kelanaswandana. Namun Raja Kelanaswandana segera
mengayunkan cambuk saktinya bernama Samandiman. Cambuk itu dapat
mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.
?Jhedhaaar?!? begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja
Singabarong terpental, menggelepar-gelepar di atas tanah. Seketika
tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi
binatang aneh, berkepala dua yaitu kepala harimau dan merak. Ia tidak
dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera
memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap Singabarong dan
membawanya ke negeri Bandarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang
memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan
Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.
?Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana??
?Ayahanda? apakah Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan hamba??
?Tentu saja, dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau
ajukan. Masalahnya sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja
Kelanaswandana??
?Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya. Siapa tahu
kehadiran hamba disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu.? tutur
Dewi Sanggalangit.
Demikianlah, pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja
Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja
Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda
kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang
menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi
dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar
namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak
kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan
berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja
Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah
nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu
disebut Reog Ponorogo.
Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa
September 07, 2011
Kebo Iwa : “Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti, namun selama ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk kapur ke tubuhku….Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa
Di desa Bedahulu wilayah kabupaten Tabanan, Bali pada zaman dahulu,
hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum
mempunyai anak. Bagi penduduk Bali pada masa itu, manusia yang belum
mempunyai keturunan adalah manusia yang siasia hidupnya.
Suatu hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.
Suatu hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.
Bayi tersebut hendak disusui oleh ibunya, namun jarinya terus
menunjuk ke arah sebuah nasi kukus. Bahwa nantinya anak ini akan menjadi
tokoh besar, sudah nampak tanda- tandanya sejak dini.
Bayi itu menangis merengek seolah meminta sesuatu. Sang Ibu kasian
mendengar rengekan sang bayi , Ibu kemudian mengambil nasi kukus
tersebut dan mencoba untuk memberikannya pada bayi. Ibu bergumam dalam
hatinya : Apakah anak ini ingin merasakan nasi kukusan ini? Umurnya
belum cukup untuk makan nasi?”
Tak dinyana ternyata bayi tersebut memakan nasi kukus tersebut dengan
lahapnya. Ibu bayi tersebut menampakkan keterkejutan yang sangat.
Ketika baru lahir, anak tersebut sudah bisa untuk memakan nasi… Ibu:”
Astaga, Kau telah berikan anak yang luar biasa, ya Hyang Widi…
Ternyata yang lahir bukanlah bayi biasa. Ketika masih bayi pun ia
sudah bisa makan makanan orang dewasa. Setiap hari anak itu makin banyak
dan makin banyak.
Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.
Kebo Iwa makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habislah harta
orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi
sanggup memberi makan anaknya.
Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala
kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian
membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak
makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa
tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo
Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya.
Bahan-bahan pangan tersebut diolah oleh Kebo Iwa di Pantai Payan, yang
bersebelahan dengan Pantai Soka.
Danau Beratan merupakan tempat dimana , Kebo Iwa biasanya
membersihkan, walaupun jaraknya cukup jauh namun dengan tubuh besarnya
jarak tidak menjadi masalah baginya, dia bisa mencapai setiap tempat
yang diinginkannya di wilayah Bali dengan waktu singkat.
Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga
ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal
menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang
mengeluarkan air.
Walaupun terlahir dengan tubuh besar, namun Kebo Iwa adalah seorang
pemuda dengan hati yang lurus. Suatu ketika dalam perjalanannya pulang
dariDanau beratan, Tampak segerombolan orang dewasa yang tidak berhati
lurus, Dari kejauhan para warga desa merasa sangat cemas. Tampak seorang
dari mereka tersita perhatiannya pada seorang gadis cantik. Laki-laki
itu menggoda gadis ini dengan kasar, gadis ini menjadi takut dan enggan
berbicara. Laki-laki itu semakin bernafsu dan tangan-tangannya mulai
melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Tiba-tiba Kebo Iwa muncul di belakang gerombolan tersebut,
mencengkeram tangan salah seorang dari mereka, nampak kegeraman
terpancar dari wajahnya, laki-laki itu menjerit kesakitan, gerombolan
itu sangat terkejut melihat Kebo Iwa yang begitu besar, ketakutan nampak
dari raut muka gerombolan tersebut. Gerombolan tersebut lari tunggang
langgang.
Demikianlah Kebo Iwa membalas jasa baik para warga desanya dengan
menjaga keamanan di mana dia tinggal. Tubuh yang besar sebagai karunia
dari Sang Hyang Widi dimanfaatkan dengan sangat baik dan benar oleh Kebo
Iwa.
Pada abad 11 Masehi, sebuah karya pahat yang sangat megah dan indah
dibuat di dinding Gunung Kawi, Tampaksiring. Kebo Iwa yang memahat
dinding gunung dengan indahnya, hanya dengan menggunakan kuku dari jari
tangannya saja. Karya pahat tersebut dibuat hanya dalam waktu semalam
suntuk, menggunakan kuku dari jari tangan Kebo Iwa.
Pahatan tersebut diperuntukkan memberikan penghormatan kepada Raja
Udayana, Raja Anak Wungsu ,Permaisuri dan perdana menteri raja yang
disemayamkan disana. Raja Anak Wungsu adalah raja yang berhasil
mempersatukan Bali.
Salah satu hal yang paling istimewa dari Kebo Iwa adalah kemampuannya
untuk membuat sumur mata air. Kebo Iwa dengan segenap kekuatan
menusukkan jari tangannya ke dalam tanah. Dengan kekuatan jari tangannya
yang dahsyat, dia mampu mengadakan sebuah sumur mata air, hanya dengan
menusukkan jari telunjuknya ke dalam tanah.
Beragam kemampuan yang luar biasa tersebut, menyebabkan timbulnya
daya tarik tersendiri dari pribadi seorang Kebo Iwa. Dan kekuatan luar
biasa itu, menyebabkan seorang raja yang berkuasa keturunan terakhir
dari Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten… menginginkan Kebo Iwa untuk menjadi salah satu patihnya di wilayah Blahbatuh…Yang juga dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu. (‘Beda’ diartikan sebagai kekuatan yang berbeda). Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan saat itu dia mengucapkan Janji bahwa selama Kebo Iwa masih bernafas Bali tidak akan pernah dikuasi.
dari Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten… menginginkan Kebo Iwa untuk menjadi salah satu patihnya di wilayah Blahbatuh…Yang juga dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu. (‘Beda’ diartikan sebagai kekuatan yang berbeda). Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan saat itu dia mengucapkan Janji bahwa selama Kebo Iwa masih bernafas Bali tidak akan pernah dikuasi.
Dengan dukungan dari patih Kebo Iwa yang luar biasa kuat, Sri
Astasura Bumi Banten menyatakan bahwa kerajaannya tidak akan mau
ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit yang berkehendak untuk menaklukkan
kerajaan di Bali.
Adapun kerajaan Majapahit waktu itu dipimpin oleh Raja Tri Bhuwana
Tungga Dewi, dengan patihnya yang paling terkenal dengan terkenal dengan
Sumpah Palapanya (sumpah untuk tidak menikmati kenikmatan dunia bila
seluruh wilayah nusantara belum dipersatukan di bawah panji Majapahit)
yang bernama Gajah Mada.
Karena kehebatannya, Kebo Iwa dapat menahan serbuan pasukan Majapahit
yang hendak menaklukkan Bali. Semua kapal-kapal perang Majapahit
ditenggelamkan selagi berada di Selat Bali.
Maha Patih Majapahit pun mengatur siasat. Dalam siasat yang diatur,
Gajah Mada memberikan pujian kepada Baginda Sri Astasura Bumi Banten dan
Patih Kebo Iwa tanpa menimbulkan kecurigaan. Lantas, Raja Majapahit
membujuk Patih kebo Iwa untuk melakukan perjalanan ke Majapahit guna
menikahi wanita terhormat nan jelita pilihan raja yang berasal dari
Lemah Tulis.
Menanggapi tawaran dari Majapahit, Patih Kebo Iwa yang setia terhadap
rajanya, memohon petunjuk dan persetujuan dari baginda Sri Astasura
Bumi Banten. Sang Raja menyetujuinya tanpa rasa curiga.Sebelum pergi ke
Majapahit, Patih Kebo Iwa terlebih dahulu melakukan upacara keagamaan di
Pura Uluwatu, untuk meminta kekuatan dari Sang Hyang Rudra. Dan Sang
Hyang Rudra memenuhi permintaan Kebo Iwa, mengakibatkan meningkatnya
kekuatan dan kesaktian menjadi sangat luar biasa.
Kedatangan Patih Kebo Iwa ke tanah Majapahit menyebabkan para
tentara, baik yang belum pernah melihatnya maupun yang pernah takluk
atas kekuatannya, menjadi terperangah, kagum, bercampur rasa ngeri dan
waspada, Tentara Majapahit, menampakkan ekspresi terkejut dan cemas.
Arah pandang mereka terpusat ke satu tujuan yang sama. Beberapa diantara
mereka nampak sedang berbisik pelan dengan teman yang berada di
sebelahnya; “Lihatlah ukuran tubuhnya! Luar biasa ! Mengerikan !”.
Patih Gajah Mada menyambut kedatangan Patih Kebo Iwa: “Salam, Patih
yang tangguh ! Selamat datang di Kerajaan Majapahit” Patih Kebo Iwa yang
menimpali salam dari Patih Gajah Mada. Kebo Iwa : “Terima Kasih Patih,
kiranya anda bersedia untuk langsung menjelaskan maksud dari Baginda Tri
Bhuwana Tungga Dewi yang meminta saya untuk datang ke Majapahit.
Gajah Mada : “Seperti yang telah dikabarkan sebelumnya, Patih kebo
Iwa, baginda Raja mengharapkan kedatangan patih guna menjalin suatu tali
persahabatan dengan Kerajaan Bedahulu di Bali dan juga berharap agar
patih bersedia menemui wanita terhormat pilihan baginda yang dirasa
pantas untuk mendampingi seorang patih yang tangguh seperti anda”.
Gajah Mada menarik nafas panjang kemudian melanjutkan kata-katanya:
“Akan tetapi sebelumnya, akan sangat berati apabila Patih kerajaan. Kebo
Iwa berkenan membuat sumur air di sana yang nantinya akan
dipersembahkan untuk wanita calon pendamping anda. Lebih lagi, sumur itu
nantinya juga akan dimanfaatkan oleh rakyat kerajaan Majapahit yang
saat ini sedang kekurangan air. Kiranya patih berkenan mengabulkan
permohonan ini.
Patih Kebo Iwa memiliki jiwa besar dan lurus hatinya, akhirnya diapun
meluluskan permintaan tersebut.Nampak Patih Kebo Iwa yang sedang
mempertimbangkan permintaan tersebut. Kemudian memutuskan untuk memenuhi
permintaan tersebut. Kebo Iwa (berpikir sejenak) kemudian dia berkata:
“Baiklah, biarlah kekuatanku ini kupergunakan untuk sesuatu yang
menghadirkan berkat bagi orang banyak”.
Tanpa banyak cakap lagi, Patih Kebo Iwa segera melakukan aktivitasnya
untuk menciptakan sebuah sumur air. Sebelum memulai pekerjaannya, tidak
lupa Patih Kebo Iwa meminta pedoman dari Sang Hyang Widi. Kebo Iwa :
(dalam hati) Ya yang Kuasa, segala yang akan saya lakukan semoga
menggambarkan kebesaran namaMu.Kebo Iwa mulai menggali sumur di tempat
yang telah ditunjuk.
Dalam waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam.
Namun belum ada mata air yang keluar. Di atas lubang sumur yang digali
oleh Patih Kebo Iwa, para prajurit Majapahit terlihat berkerumun, nampak
mereka memusatkan pehatian pada Patih Gajah Mada. Seakan mereka
menantikan sesuatu perintah…Tiba-tiba Gajah Mada berteriak: “Timbun dia
dengan batu………!!!!” Seketika itu juga, para prajurit menimbun kembali
lubang sumur yang sedang dibuat, dengan Patih Kebo Iwa berada di
dalamnya.
Para prajurit menimbun lubang sumur dengan batu hasil galian itu
sendiri, nampak Kebo Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya
batu. Dalam waktu yang singkat, lubang sumur itupun tertutup rapat.
Mengubur
seorang pahlawan besar didalamnya. Patih Gajah Mada yang berbicara kepada para parjuritnya.Gajah Mada : “Sungguh amat disayangkan seorang pahlawan besar seperti dia harus mengalami ini. Namun, hal ini terpaksa harus dilakukan, agar nusantara ini dapat dipersatukan. Dengan ini kerajaan Bali akan menjadi bagian dari Majapahit”.
seorang pahlawan besar didalamnya. Patih Gajah Mada yang berbicara kepada para parjuritnya.Gajah Mada : “Sungguh amat disayangkan seorang pahlawan besar seperti dia harus mengalami ini. Namun, hal ini terpaksa harus dilakukan, agar nusantara ini dapat dipersatukan. Dengan ini kerajaan Bali akan menjadi bagian dari Majapahit”.
Tiba-tiba timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam
prajurit Majapahit. Terdengar teriakan membahana dari dalam sumur. Kebo
Iwa : (berteriak) “Belum ! Bali masih tetap merdeka, karena nafasku
masih berhembus !!. Batu-batu yang ditimbunkan melesat kembali keangkasa
dibarengi dengan teriakan prajurit Majapahit yang terhempas batu. Dari
dalam sumur, keluarlah Patih Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat
untuk dikalahkan.
Patih Gajah Mada terkejut, menyaksikan Patih Kebo Iwa yang masih
perkasa, dan beranjak keluar dari lubang sumur. Kebo Iwa : “Dan
pembalasan adalah apa yang kutuntut dari sebuah pengkhianatan !” Patih
Kebo Iwa menyerang Patih Gajah Mada kemarahan dan dendam mewarnai
pertempuran. Akibat amarah dan dendam yang dirasakan oleh Patih Kebo
Iwa, pertempuran berlangsung sengit selama beberapa waktu.
Disela-sela saling serang Gajah Mada berteriak:”Untuk memersatukan
dan memperkuat nusantara, segenap kerajaan hendaklah dipersatukan
terlebih dahulu. Dan kau berdiri di garis yang salah sebagai seorang
penghalang !”.
Kesaktian Patih Kebo Iwa, sungguh menyulitkan usaha Patih Gajah Mada
untuk menundukkannya. Pertempuran antara keduanya masih berlangsung
hebat, namun amarah dan dendam Patih Kebo Iwa mulai menyurut…Dan rupanya
Patih Kebo Iwa tengah bertempur seraya berpikir … Dan apa yang tengah
dipikirkan
olehnya, membuat dia harus membuat keputusan yang sulit… Kebo Iwa : (dalam hati) Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini, keinginannya untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini.
olehnya, membuat dia harus membuat keputusan yang sulit… Kebo Iwa : (dalam hati) Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini, keinginannya untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini.
Namun apabila, aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa
yang akan aku katakan nantinya pada Baginda Raja sebagai sangkalan atas
sebuah prasangka pengkhianatan ? Masih dalam keadaan bertempur, secara
sengaja Patih Kebo Iwa melontarkan pernyataan yang intinya mengenai hal
untuk mengalahkan kesaktiannya.
Kebo Iwa : “Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat
nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti, namun selama
ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu.
Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk
kapur ke tubuhku.
Pernyataan Patih Kebo Iwa rupanya membuat terkesiap Patih Gajah Mada.
Patih Gajah Mada menunjukkan reaksi keheranan yang amat sangat atas
perkataan Patih Kebo Iwa.
Gajah Mada yang mengerti atas keinginan Kebo Iwa, nampak
menghantamkan jurusnya ke batu kapur, batu itupun luluh lantakmenjadi
serpihan bubuk.
Patih Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Patih Kebo Iwa
dengan ilmunya, bubuk kapur menyelimuti tubuh sang patih Nampak Patih
Kebo Iwa, sesak napasnya oleh karena bubuk kapur tersebut.
Kiranya bubuk kapur tersebut membuat olah pernapasan Patih Kebo Iwa
menjadi terganggu, hal tersebut mengakibatkan kesaktian tubuh Patih Kebo
Iwa menjadi lenyap.Patih Gajah Mada melesat ke arah Patih Kebo
Iwa,menusukkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwa.
Dan sebelum kepergiannya, dengan sisa tenaga yang ada Patih Kebo Iwa
mengutarakan apa yang ingin dikatakan untuk terakhir kali. Patih Kebo
Iwa : “Kiranya kematianku tidak sia-sia adanya…biarlah nusantara yang
kuat bersatu hasil yang pantas atas harga hidupku”.
Patih Gajah Mada dengan raut muka sedih, memberikan jawaban atas
perkataan Patih Kebo Iwa. Gajah Mada : “Kepergianmu sebagai tokoh besar
akan terkenang dalam sejarah… Sejarah suatu nusantara yang satu dan
kuat”.
Tak lama setelah mendengar pernyataan tersebut, napas terakhirpun
pergilah sudah, meninggalkan raga seorang patih tertangguh dalam sejarah
Bali… dan pertiwi pun meredup melepas kepergian salah satu putra
terbaiknya.
Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit.
Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali.
sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=944647
Langganan:
Postingan (Atom)