Dari delapan spesies tuna yang ada, tiga spesies di antaranya terancam punah secara global. Adapun dua spesies lainnya juga demikian bila kita tidak melakukan apa-apa untuk melindungi hewan ini dan terus memakannya.
Kesimpulan itu diungkapkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam laporannya di jurnal Science.
Jika menghitung seluruh keluarga scombridae yang terdiri dari tuna, makarel, marlin, dan ikan sejenis, ada 7 dari 61 spesies yang terancam punah.
“Ketiga spesies tuna sirip biru hampir musnah akibat penangkapan yang berlebih,” kata Kent Carpenter, Manager of Marine Biodiversity Unit IUCN yang menuliskan laporan tersebut, seperti dikutip dari DailyMail, 10 Juli 2011.
Carpenter menyebutkan, tuna sirip biru di kawasan perairan selatan Atlantik hampir tidak tersisa, hanya sedikit harapan untuk bisa dipulihkan.
“Jika tidak ada perubahan pada praktek penangkapan yang saat ini terjadi, stok tuna sirip biru di kawasan barat Atlantik juga diperkirakan akan musnah,” kata Carpenter. “Spesies ini sendiri tidak mengalami tanda-tanda perkembangan setelah terjadi penurunan drastis di tahun 1970-an,” ucapnya.
Padahal, sebagian besar spesies tuna yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi itu berada di puncak rantai makanan di laut. Artinya, kemusnahan mereka akan membawa dampak negatif pada spesies lain.
Selain itu, kata Carpenter, tuna juga hewan yang panjang umur. “Dengan tingkat reproduksi yang rendah, berarti populasi hewan ini sangat sulit untuk pulih, dan membutuhkan waktu yang lebih panjang,” ucapnya.
Tahun lalu, proposal untuk memasukkan tuna sirip biru Atlantik ke dalam daftar spesies yang terancam punah ke Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) pernah diupayakan. Diharapkan, jika berhasil terdaftar, maka perdagangan atas hewan ini akan dihentikan sementara.
Namun demikian, upaya untuk menolong hewan yang menjadi menu favorit di masakan Jepang itu digagalkan pada pertemuan CITES, Maret 2010 lalu. Alasannya, mayoritas negara-negara yang tergabung dalam CITES tidak setuju.
Hasil penelitian terbaru ini diharapkan menjadi harapan terakhir bagi tuna sirip biru Atlantik untuk bertahan hidup. Setidaknya perdagangan atas hewan itu dihentikan sementara hingga populasi ikan itu kembali tumbuh. Namun di sisi lain, jika perdangangan tuna sirip biru dihentikan, dipastikan akan ada penangkapan ikan secara ilegal karena ikan ini sangat digemari manusia.• VIVAnews
HEWAN LANGKA
Kesimpulan itu diungkapkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam laporannya di jurnal Science.
Jika menghitung seluruh keluarga scombridae yang terdiri dari tuna, makarel, marlin, dan ikan sejenis, ada 7 dari 61 spesies yang terancam punah.
“Ketiga spesies tuna sirip biru hampir musnah akibat penangkapan yang berlebih,” kata Kent Carpenter, Manager of Marine Biodiversity Unit IUCN yang menuliskan laporan tersebut, seperti dikutip dari DailyMail, 10 Juli 2011.
Carpenter menyebutkan, tuna sirip biru di kawasan perairan selatan Atlantik hampir tidak tersisa, hanya sedikit harapan untuk bisa dipulihkan.
“Jika tidak ada perubahan pada praktek penangkapan yang saat ini terjadi, stok tuna sirip biru di kawasan barat Atlantik juga diperkirakan akan musnah,” kata Carpenter. “Spesies ini sendiri tidak mengalami tanda-tanda perkembangan setelah terjadi penurunan drastis di tahun 1970-an,” ucapnya.
Padahal, sebagian besar spesies tuna yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi itu berada di puncak rantai makanan di laut. Artinya, kemusnahan mereka akan membawa dampak negatif pada spesies lain.
Selain itu, kata Carpenter, tuna juga hewan yang panjang umur. “Dengan tingkat reproduksi yang rendah, berarti populasi hewan ini sangat sulit untuk pulih, dan membutuhkan waktu yang lebih panjang,” ucapnya.
Tahun lalu, proposal untuk memasukkan tuna sirip biru Atlantik ke dalam daftar spesies yang terancam punah ke Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) pernah diupayakan. Diharapkan, jika berhasil terdaftar, maka perdagangan atas hewan ini akan dihentikan sementara.
Namun demikian, upaya untuk menolong hewan yang menjadi menu favorit di masakan Jepang itu digagalkan pada pertemuan CITES, Maret 2010 lalu. Alasannya, mayoritas negara-negara yang tergabung dalam CITES tidak setuju.
Hasil penelitian terbaru ini diharapkan menjadi harapan terakhir bagi tuna sirip biru Atlantik untuk bertahan hidup. Setidaknya perdagangan atas hewan itu dihentikan sementara hingga populasi ikan itu kembali tumbuh. Namun di sisi lain, jika perdangangan tuna sirip biru dihentikan, dipastikan akan ada penangkapan ikan secara ilegal karena ikan ini sangat digemari manusia.• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar